Lestarikan Budaya Betawi, Permata MHT gelar Budaya Pantun

photo author
- Minggu, 13 Juli 2025 | 14:44 WIB
Pengurus Permata MHT saat Acara Budaya Pantun
Pengurus Permata MHT saat Acara Budaya Pantun

"Pantun memiliki ciri khas, yaitu tiap baitnya selalu terdiri atas empat baris, yang terdiri dari 8-12 suku kata di tiap barisnya, pantun harus memiliki sampiran dan isi bersajak atau berima a-b-a-b," jelas Yahya.

Bagi sebagian besar masyarakat Betawi, tradisi palang pintu dalam sebuah acara pernikahan sering kita saksikan selain seni beladiri diri pencak silat,
berbalas pantun menjadi ciri khas lainnya.
Menurut Yahya Andi Saputra, sekarang ini sudah banyak yang salah dalam melaksanakan tatacara berpantun dalam acara pernikahan tersebut.

"Pernikahan itu adalah acara yang sakral, seharusnya kita menggunakan pantun nasihat, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi acara. Gunakan bahasa yang santun dan sopan, meskipun ada unsur jenaka, tapi jangan berlebihan, misalnya melorotin celana, menampar muka, tempeleng kepala, dan lain sebagainya, karena itu bukan ciri khas dari palang pintu, itu sudah menjurus kepada lenong. Juga usahakan pantun yang disampaikan mudah dipahami dan enak didengar dengan bahasa yang halus dan sopan," tegas Yahya.

Baca Juga: Indonesia dan Australia Lakukan Penguatan Kerja Sama Ekspor Impor Produk Halal

Pernyataan ini diamini oleh Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi, H Beky Mardani, menurutnya apa yang dikatakan Bang Yahya adalah benar, pernikahan adalah acara yang sangat sakral.

"Jadi sebaiknya dalam acara palang pintu jangan ada unsur tambahan seperti yang di katakan Bang Yahya, mari kita perbaiki, kita kembalikan sesuai dengan pakemnya," harap Ketua LKB.

Palang pintu merupakan sebuah acara tradisi pernikahan adat Betawi, sebagai simbol diplomasi dan mufakat antara pihak laki-laki dan perempuan.
Tradisi palang pintu telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2016, menandakan pentingnya tradisi ini dalam budaya Betawi.
Dengan demikian, palang pintu bukan hanya sekadar prosesi, tetapi juga merupakan bagian penting dari pernikahan adat Betawi yang sarat dengan makna dan filosofi kehidupan.

Narasumber lainnya yakni Drs. Zahrudin atau yang lebih dikenal sebagai raja pantun mencoba berbagi ilmu tentang seni budaya pantun.
Menurutnya, setiap orang bisa untuk melakukan seni berpantun tetapi butuh kesabaran dan ketekunan juga kecepatan otak untuk berpikir dalam menyusun kalimat pantun tersebut.
"Pantun memiliki empat baris dalam satu bait.
Dua baris pertama adalah sampiran, berfungsi sebagai pengantar atau pembuka.
Dua baris terakhir adalah isi, yang berisi maksud atau pesan pantun.
Rima pantun biasanya berpola a-b-a-b atau a-a-a-a.
Kemudian rajin berlatih membuat contoh-contoh sederhana. Pilih tema yang mudah, lalu buat isi pantun terlebih dahulu sebelum menentukan sampirannya, maka kita akan mudah dan cepat dalam membuat pantun," terang Zahrudin.

Sebelumnya, acara di buka oleh Wakil Kadis Kebudayaan DKI, Puspa Dirjaya, yang menekankan pentingnya pelestarian budaya disetiap daerah.

"Budaya daerah merupakan identitas bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan. Pelestarian budaya daerah penting untuk mempertahankan warisan leluhur, memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta menjadi aset wisata yang berharga, termasuk budaya lisan (pantun) yang hari ini sedang mengadakan kegiatan pelatihan oleh DPP Permata MHT," pungkas Puspa Dirjaya.

Sementara itu, Sekretaris Kota (Seko) Jakarta Pusat, Denny Ramdany, mengatakan, dengan adanya undang-undang yang baru soal Jakarta, harusnya kita bisa meniru yang ada di Bali, yaitu adanya Pecalang.

Pecalang bukan hanya sekadar petugas keamanan biasa, melainkan juga menjadi representasi dari kearifan lokal dan pelestari nilai-nilai budaya di wilayah tersebut.

"Salah satu faktor yang dinilai sebagai kota global berdasarkan Global Cities Index (GCI) salah satunya adalah kearifan lokal, dalam hal ini budaya dan kesenian Betawi yang harus di perkuat," ungkap Denny.

Baca Juga: PFI Tangerang Gelar PFIT Goes To Campus di UMT: Tingkatkan Kesadaran dan Kapasitas Ilmu Jurnalistik Foto untuk Mahasiswa

Ia menambahkan, bahwa Gubernur DKI Jakarta sudah berkomitmen untuk melestarikan dan menjadikan budaya Betawi sebagai identitas utama Jakarta sebagai kota global.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ilham Dharmawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X