“Masuk perairan Tunisia dihajar, besoknya di Qatar dihajar, lusa saat bersandar, dihajar lagi lewat drone,” kata UBN berdasarkan laporan yang ia terima dari Tunisia.
Namun, kondisi ini tidak membuat para relawan Indonesia mundur. Dari 30 orang relawan yang disiapkan, sebanyak 23 orang masih bersiaga di Tunisia, menunggu kesempatan untuk bergabung dalam armada.
Baca Juga: Wamendikdasmen Atip Latipulhayat Gaungkan Integritas dan Sekolah Aman Bebas Kekerasan
“Kami standby. Kalau memang ada kapal pengganti, kami siap berangkat, meskipun banyak kapal yang sudah rusak. Kami tahu kemungkinan kecil, tapi kami tetap berharap,” ujarnya.
Disisi lain, UBN mengapresiasi langkah awal pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri yang telah menghubungi sejumlah kedutaan besar di negara-negara yang dilewati flotilla.
Ia juga menyebut bahwa Indonesia sudah mengirim kapal rumah sakit yang sebelumnya merupakan kapal perang, dan kini telah dicat putih dan membawa bantuan ke Mesir.
Baca Juga: Indonesia–Kirgizstan Jalin Kerja Sama Pengembangan Industri Halal
“Indonesia sudah lebih dulu maju. Tapi kami berharap Presiden juga bisa bersuara untuk mengawal misi ini, walaupun kami mengerti beliau baru kembali dari PBB dengan beban kerja yang besar,” tutup UBN.
Artikel Terkait
Lawan Pelaparan Gaza, UBN Pimpin Delegasi Indonesia di Festival Sumud Nusantara Kuala Lumpur
UBN Laporkan Kondisi Relawan Sumud Flotilla dan Serangan Drone di Perairan Tunisia
Global Peace Convoy Indonesia Minta Pemerintah Kawal Relawan di Global Sumud Flotilla