Gelar Konferensi Hadis Nasional, Waketum Prof. Atip Harapkan PERSIS Jadi Pusat Kajian Hadis Dunia

photo author
- Jumat, 7 November 2025 | 21:15 WIB
Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PERSIS), Prof. Atip Latipulhayat - Foto: Henri Lukmanul Hakim
Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PERSIS), Prof. Atip Latipulhayat - Foto: Henri Lukmanul Hakim



Edisi.co.id, Jakarta - Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS), Prof. Atip Latipulhayat, berharap Konferensi Hadis Nasional 2025 PERSIS dapat berkembang menjadi ajang akademik tahunan berskala internasional.

“Hal ini akan menjadikan Indonesia, khususnya Persatuan Islam sebagai salah satu pusat rujukan dalam studi hadis di dunia Islam,” ujar Prof. Atip saat membuka Konferensi Hadis Nasional 2025 PERSIS di Gedung Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Jakarta, Jumat (7/11/2025).

Dalam sambutannya, Prof. Atip mengusulkan agar kegiatan ini tidak hanya berbentuk dauroh, tetapi menjadi Al-Mu’tamar al-Haditsi ad-Dauli, konferensi hadis bertaraf internasional yang menghadirkan pakar-pakar dari dalam dan luar negeri.

Baca Juga: Ledakan di Masjid SMAN 72 Kelapa Gading, Polisi Pastikan Belum Ada Korban Meninggal

“Jika ingin mengetahui perkembangan terbaru dalam kajian hadis, maka datanglah ke PERSIS di Indonesia,” tegasnya.

Prof. Atip menekankan pentingnya integrasi antara tradisi keilmuan klasik dan teknologi modern dalam pengembangan riset keislaman.

Ia menilai, pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dapat menjadi alat bantu yang efektif, tanpa menggeser posisi akal dan wahyu sebagai sumber utama ilmu pengetahuan.

Baca Juga: Penetapan Tersangka Kasus Ijazah Palsu Jokowi Dibagi 2 Klaster, Kepolisian Singgung soal Peran dan Pertanggungjawabannya

“AI bisa menjadi alat bantu luar biasa, tetapi yang menentukan tetap Original Intelligence akal dan nash yang bersumber dari wahyu. AI hanyalah akal imitasi, sedangkan akal dan ilmu yang asli harus tetap menjadi penentu,” jelasnya. 

Dalam taujihnya, Prof. Atip juga mengulas sejarah tiga model kurikulum pendidikan Islam klasik yang pernah melahirkan masa kejayaan peradaban Islam:

  1. Baitul Hikmah (era Abbasiyah), yang menggabungkan ilmu agama dan rasional seperti matematika dan filsafat.
  2. Darul Hikmah (era Fatimiyah), yang menekankan kajian filsafat dan rasionalitas.
  3. Madrasah Nizamiyah (era Seljuk), yang berfokus pada penguatan ilmu-ilmu agama.

Ia menjelaskan, sistem pendidikan PERSIS sejatinya mengintegrasikan dua tradisi besar tersebut: ‘ulum al-awail (ilmu rasional) dan ‘ulum ad-din (ilmu keagamaan), sehingga tetap kontekstual dan modern tanpa meninggalkan akar keislaman.

Baca Juga: Roy Suryo Sebut Penetapan Tersangka Dirinya sebagai Bentuk Kriminalisasi Peneliti Dokumen Publik

“Pesantren PERSIS tidak hanya mengajarkan tafsir, hadis, dan fikih, tetapi juga matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan modern. Karena itu, PERSIS memiliki karakter pendidikan yang seimbang antara rasionalitas dan spiritualitas,” tutur Prof. Atip.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa teknologi hanyalah wasilah, sementara nilai-nilai wahyu dan akal manusia tetap harus menjadi pusat kendali dalam setiap inovasi keilmuan.

Konferensi Hadis Nasional 2025 ini merupakan kegiatan perdana yang diselenggarakan oleh PERSIS dan dihadiri oleh para ulama, akademisi, serta perwakilan lembaga pendidikan Islam dari berbagai daerah di Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Henri Lukmanul Hakim

Sumber: Persis.or.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X