Pengelolaan kependudukan bukan hanya terkait pengendalian kelahiran, tetapi mencakup perubahan pola pikir generasi muda tentang perencanaan keluarga, kesehatan reproduksi, kesiapan ekonomi, dan tata kelola keuangan rumah tangga. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam SDGs, seperti pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, pekerjaan layak, kota berkelanjutan, dan aksi iklim, menjadi landasan dalam mempersiapkan keluarga menuju 2045.
Pemuda sebagai Agen Ekologis bagi Ketahanan Keluarga
Generasi muda memiliki keunggulan dalam hal akses informasi, literasi digital, dan kemampuan beradaptasi. Hal ini membuat mereka mampu menjadi agen perubahan dalam pengelolaan lingkungan. Program-program seperti gerakan tanam pohon, restorasi mangrove, penghijauan kota, dan urban farming banyak diprakarsai oleh komunitas pemuda. Kegiatan ini memiliki dampak langsung terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup keluarga.
Misalnya, program urban farming yang dilakukan pemuda di wilayah perkotaan mampu menyediakan bahan pangan sehat bagi keluarga sekaligus mengurangi pengeluaran rumah tangga. Sementara itu, di kawasan pesisir, keterlibatan pemuda dalam rehabilitasi mangrove mampu mengurangi risiko banjir rob dan abrasi, sehingga membantu masyarakat mempertahankan tempat tinggalnya. Ketika pemuda mempraktikkan gaya hidup berkelanjutan, seperti mengurangi plastik sekali pakai, menggunakan transportasi ramah lingkungan, dan memanfaatkan energi secara efisien, nilai-nilai tersebut akan diturunkan kepada keluarga mereka.
Pendidikan Lingkungan dan Literasi Iklim untuk Keluarga 2045
Salah satu pilar penting ketahanan keluarga adalah pendidikan lingkungan. Keluarga yang memiliki literasi iklim akan lebih siap menghadapi perubahan cuaca ekstrem, mengelola risiko bencana, dan membuat keputusan yang tepat terkait konsumsi dan penggunaan sumber daya alam. Laporan IPCC (2021) menegaskan bahwa adaptasi rumah tangga merupakan salah satu aspek penting dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Pemuda memainkan peran sebagai jembatan pengetahuan karena mereka lebih cepat mengakses informasi ilmiah dan teknologi. Ketika mereka memiliki pemahaman yang baik tentang lingkungan, maka nilai-nilai tersebut akan ditransfer kepada keluarga dan komunitas. Pendidikan lingkungan yang diterapkan sejak usia sekolah juga menjadi pondasi bagi pembentukan perilaku berkelanjutan lintas generasi.
Kebijakan Terintegrasi Menuju Ketahanan Keluarga 2045
Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, diperlukan kebijakan yang mengintegrasikan aspek pemuda, lingkungan, dan kependudukan. Arah kebijakan dapat mencakup:
1. Pemberdayaan pemuda melalui program kepemudaan nasional yang menekankan pengembangan keterampilan, kepemimpinan, dan partisipasi dalam pembangunan lingkungan.
2. Penguatan ketahanan ekologis keluarga dengan edukasi mengenai pengurangan emisi, konservasi air, pengelolaan sampah, dan adaptasi perubahan iklim.
3. Perbaikan pengelolaan kependudukan, termasuk pemerataan pembangunan, peningkatan kualitas pendidikan, dan kesetaraan akses lapangan kerja.
4. Penguatan infrastruktur ramah lingkungan untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan keamanan keluarga.
5. Integrasi pemuda dalam pencapaian SDGs, terutama pada sektor pendidikan, kota berkelanjutan, dan aksi iklim.
Kebijakan yang terintegrasi dan konsisten akan membantu membangun keluarga Indonesia yang tangguh, sehat, sejahtera, dan adaptif terhadap perubahan global.
Artikel Terkait
Beredar Insiden Banjir Bandang Menerjang Wilayah Pesisir di Arab Saudi, Puluhan Mobil Terendam
Kisruh Universitas Darma Agung. Tim Hukum Rektor UDA Versi Partahi Siregar Desak LL Dikti Wil.1 Sumut Hentikan Wisuda Versi Suwardi Lubis
Hexana Tri Sasongko Dinobatkan sebagai Infobank CEO of The Year 2025 Berkat Transformasi Digital IFG
SMK Kesehatan Bantul Salurkan Bantuan Bencana Sumatera Melalui LAZISKU
Dengan Suara Bergetar, Seorang Pria Terus Kumandangkan Azan untuk Istrinya yang Tertimbun Longsor di Sibolga