Edisi.co.id - Tahun ini, 2023, rakyat Azerbaijan memperingati 31 tahun Genosida Khojaly, yang merupakan tragedi tragis umat manusia pada abad ke-20. Kemarin, Senin, 27 Februari 2023, Wakaf Al Azar bekerjasama dengan Forum Pemuda Kerjasama Islam (ICYF) menggelar diskusi panel “Peringatan 31 Tahun Genocide Khojaly” di di Aula Buya Hamka, Masjid Agung Al Azhar, Jakarta.
Hadir dalam diskusi tersebut Duta Besar Republik Azerbaijan untuk Republik Indonesia Jalal Mirzayev, Ketua Kerjasama Internasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr Sya'roni Rofi'i, Manajer Wakaf Al Azhar Rayan Luminaries, Presiden OIC Youth Indonesia Nadya Rizqita, Direktur Jenderal Pusat Regional Eurasia ICYF (ICYF ERC) Vusal Gurbanov dan para pakar hukum dan hubungan internasional, serta para akademisi lainnya.
Barangkali tak banyak masyarakat muslim Indonesia yang tahu apa itu “Genocide Khonzaly”. Diskusi panel ini dapat menambah wawasan baru dan pemahaman yang lebih dalam tentang perspektif hukum dan hubungan internasional tentang Genosida Khojaly.
Y.M. Jalal Mirzayev selaku Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia bercerita banyak tentang apa yang terjadi dengan pembantaian sadis di Kota Khojaly, Azerbaijan. Berapa jumlah orang yang dibantai pada saat itu. Begini pemaparannya.
Baca Juga: Jelang Ramadhan, Dewan Masjid Indonesia Terbitkan Edaran Untuk Masjid dan Musala
Genosida Khojaly
Tragedi Genosida Khojaly bermula pada saat malam hari, yakni tanggal 25-26 Februari 1992. Ketika itu Angkatan Bersenjata Armenia dan pasukan paramiliter yang dibantu resimen senapan bermotor ke-366, datang merebut Kota Khojaly, setelah melakukan pemboman besar-besaran di kota tersebut.
Setelah serangan Armenia dilakukan, setidaknya 2.500 penduduk berusaha meninggalkan Kota Khojaly dan mencapai wilayah terdekat yang dikuasai Azerbaijan.
Namun, orang-orang yang melarikan diri tersebut disergap oleh pos militer Armenia. Mereka ditembak, dibantai, dan ditangkap di dekat Desa Nakhchivanli dan Piramal.
Sementara wanita dan anak-anak, serta penduduk lainnya yang melarikan diri dari Kota Khojaly meninggal di pegunungan karena radang dingin. Hanya beberapa orang yang bisa mencapai Kota Aghdam yang berada di bawah kendali Azerbaijan.
Pada 28 Februari, dua kelompok jurnalis mencapai lokasi tersebut menggunakan helikopter. Lokasi tersebut sangat mengerikan, sebab seluruh area penuh dengan mayat.
Meskipun helikopter kedua memainkan peran defensif, namun mereka tidak bisa mengambil semua mayat dari lokasi tersebut karena pengeboman berat yang dilakukan oleh Armenia. Hanya empat mayat yang bisa diambil dari daerah tersebut.
Pada 1 Maret, ketika kelompok jurnalis lokal dan asing datang ke daerah tempat terjadinya pembantaian, pemandangan semakin mengerikan. Mayat telah rusak dan kulit kepala mereka telah dihilangkan.
Chingiz Mustafayev yang merupakan seorang jurnalis, datang bersama salah satu korban, mengunjungi daerah tersebut dan menurut pidatonya – “ada puluhan anak, wanita, dan orang tua yang tewas akibat penembakan jarak dekat.”
Artikel Terkait
Korban Terdampak Konflik Syam Suriah Memprihatinkan, ACT Ajak Masyarakat Indonesia Bersama Bantu Bumi Syam Suriah
Kemenag Bahas Penanganan Konflik Paham Keagamaan di Indonesia
Terjadinya Konflik Umat Beragama Terhadap Politik di Masa Kini
Konflik Antara Lee Soo Man dan SM Entertainment Tuai Kekhawatiran HYBE Akan Bubarkan Grup
Key SHINee Ikut Komentar Soal Konflik Lee Soo Man dengan SM Entertainment
Konflik Azerbaijan-Armenia, Kejahatan Perang di Kota Khojaly