Edisi.co.id - Menyikapi perbedaan Idul Fitri 1 Syawal, tokoh Muhammadiyah M. Din Syamsuddin berpendapat, perbedaan ini tidak selalu terjadi setiap tahun.
Perbedaan ini disebabkan perbedaan hadits yang dipakai (antara sempurnakan bilangan bulan dan perhitungkan atau perkirakan posisi hilal).
"Sebenarnya sama-sama menggunakan rukyat (Bahasa Arab: melihat atau berpendapat). Perbedaannya yang satu menggunakan rukyat bil 'aini (melihat dengan mata inderawi), dan yg satu rukyat bil 'aqli (melihat dengan mata pikiran). Keduanya sulit dipertemukan seperti," terang Din, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (19/4/2023).
Lebih lanjut Din menerangkan, meyakini sesuatu dengan melihatnya (_seeing is believing_) dan meyakini sesuatu dengan mengetahuinya (_knowing is believing_).
"Umat Islam perlu menyikapi perbedaan dengan sikap dewasa dalam beragama. Pemerintah perlu berada di tengah dengan mengayomi semua pihak,dan tidak mengambil posisi tunggal," imbuhnya.
Baca Juga: Jelang Mudik Lebaran, Kemendag Gerebek Produk Pelumas Ilegal Senilai Miliaran Rupiah
Diterangkan, Idul Fitri adalah ibadah berdasarkan keyakinan sesuai _dalil naqli_ dan _'aqli_. Maka kepada Kaum Muslimimin untuk menunaikan Shalat Idul Fitri sesuai keyakinannya masing-masing tanpa merusak silaturahim dan ukhuwah Islamiyah.
"Sesuai amanat Konstitusi Pemerintah harus mengayomi rakyat warga negara dengan memberi kebebasan menjalankan ibadat sesuai keyakinannya masing-masing," tutur Din.
Karena posisi bulan pada Jum'at 20 April 2023 masih di bawah _imkan al-ru'yah_ maka tidak perlu diadakan Rapat Istbat yang hanya menghabiskan anggaran negara.
"Adalah kepemimpinan hikmah berdasarkan Pancasila (kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan) untuk mengumumkan bahwa pada tahun ini ada dua keyakinan tentang Idul Fitri: 21 April 2023, dan 22 April 2023. Silakan umat memilihnya sesuai keyakinan dan tetap merayakan ldul Fitri dalam semangat ukhuwah Islamiyah," tandasnya.
Baca Juga: Al Quran Isyarat dan Terjemahan Bahasa Daerah Tersedia di Quran Kemenag
Harapannya pemerintah menghormati dan mengayomi keduanya dengan mengizinkan fasilitas umum digunakan untuk shalat Idul Fitri pada kedua hari tersebut.
Artikel Terkait
Din Syamsuddin: Wabah adalah Musibah, Perlu Disikapi dengan Muhasabah
Din Syamsuddin : Desakan untuk Bubarkan MUI Berasal dari Islamphobia
Din Syamsuddin di Kuala Lumpur: Perlu Integrasi dan Sinergi Peradaban
Din Syamsuddin: Sekitar 100 Tokoh Ulama Dunia Akan Hadir di Muktamar 48 Muhammadiyah
Din Syamsuddin : Muhammadiyah Perlu Menjadi Lokomotif Perbaikan Kehidupan Bangsa
Din Syamsuddin : 13 Anggota PP Muhammadiyah Menampilkan Keseimbangan
Din Syamsuddin di Al Jazair: Perilaku Berkemajuan Jalan Kebangkitan Peradaban Islam