berita

Khutbah Jumat, KH Sofyan Munawar: Menjaga Kesalehan Sepanjang Masa

Jumat, 7 Februari 2025 | 10:00 WIB
Ketua PW Persatuan Islam (Persis) DKI Jakarta Drs. KH. Sofyan Munawar - Foto: Henry Lukmanul Hakim

Atau bisa juga makna fis sirri itu seseorang berada dalam keramaian orang lain, banyak mata memandang, tapi tidak ada seorang pun yang mengenal dirinya. Misal, dia ada di negeri orang, tidak ada seorang pun yang mengenalnya. Dia merasa aman dari pengawasan orang. Kemudian makna kedua, fis syahadah. Kita berada dalam situasi orang banyak, tetapi tetap menjaga ketakwaan ini. 

Jadi sepanjang hayat, 24 jam, musim berganti, tempat berpindah, suasana berubah, jangan sampai kita terlepas dari sifat-sifat ketaqwaan. Jangan sampai ketaqwaan itu luntur dari dalam diri kita karena keadaan. Taqwanya jangan hanya ada di masjid saja, taqwanya jangan hanya ketika ikut pengajian saja. Tetapi ketika di luar masjid, lepas dari ketaqwaan, itu sangat berbahaya.

---

Pada lanjutan hadits tersebut, menarik ketika bunyi redaksi ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, karena dapat menghapus dosa-dosa. Sebab ketaqwaan seseorang itu fluktuatif, bisa naik bisa turun. Bisa stabil, bisa labil. Bisa kuat dan bisa lemah. Karena itu, disuruh oleh Rasul ketika seseorang terjatuh dalam keadaan dosa, ikuti perbuatan dosa tersebut dengan kebaikan, agar hilang dosa-keburukan itu.

Baca Juga: Budi Gunawan Bongkar Kasus Penyelundupan Terbaru Senilai Rp480 M, 18 Perusahaan dan 35 Kelompok Jadi Sasaran Penyelidikan

Jadi sehebat apapun ketaqwaan seseorang, dia bisa terjerumus kepada perbuatan dosa dan maksiat. Dalilnya jelas di dalam surat Ali-Imran ayat 135. Di dalam ayat 133-nya Allah menjelaskan, surga itu disiapkan oleh Allah untuk orang-orang bertakwa, kemudian di ayat 134 Allah jelaskan di antara karakteristik orang-orang bertakwa. Nah di ayat 135-nya masih dijelaskan karakteristik orang bertakwa seperti apa?

وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Artinya: Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS Ali-Imran: 135).

Fahsya atau fahisyatan itu merupakan dosa besar. Ada sebagian ulama yang menjelaskan fashsya itu yang tidak bisa dilakukan sendirian, tetapi harus berkolaborasi. Contohnya korupsi, rata-rata orang korupsi itu rombongan. Ketika seorang koruptor ditangkap KPK dan disidangkan, ia akan menyebut si fulan dan si fulan, ketika dia mau jujur dan kooperatif, bisa saja hakim akan meringankan hukumannya, dalam istilah hukum dikenal dengan justice collaborator.

Baca Juga: Kurangi Birokrasi, Mendikdasmen: Tunjangan Profesi Guru Akan di Transfer ke Rekening Pribadi Tanpa Perantara

Begitupun dengan suap. Rasul menyebut orang yang menyuap dan disuap itu di neraka. Itu fahsya. Dalam suap ada tiga kelompok; pertama kelompok yang disuap, kelompok yang menyuap, dan ketiga mediatornya yang menjadi perantaranya.

Berjudi apakah bisa sendiri? Tidak bisa. Minimal dua orang. Bisa berhadap-berhadapan langsung atau melalu online yang dikenal dengan judi online (judol). Zina bisa sendiri? Tidak mungkin orang berzina sendirian.

Jadi orang bertaqwa bisa saja terjerumus ke dalam dosa besar atau dzalamu anfusahum, dosa kecil. Hanya bedanya orang yang bertaqwa itu bila berbuat dosa, dia gelisah dengan dosa dan kesalahannya itu. Dia takut dan dia menyesal dengan kesalahannya itu. Makanya di ayat tadi, ketika dia berbuat dosa, dia segera mengingat Allah dan meminta ampun. Jadi orang bertaqwa tidak menikmati dosa itu. Beda dengan ahli dosa dan ahli maksiat. Dia menikmati dan enjoy dengan dosa itu.

Seorang bertaqwa setelah berbuat dosa, dia tidak akan mengerjakan terus menerus. Tidak akan jatuh dua kali, apalagi tiga kali, empat kali pada dosa yang sama. Hanya orang-orang yang terus menerus berbuat dosa akan mandi dosa dan berkecimpung dalam lumpur dosa dan maksiat. Maka sehebat apapun orang bertaqwa, akan terjerumus ke dalam dosa. Kecuali siapa? Rasulullah SAW. Beliau ma'shum (terjaga) dan terpelihara dari dosa.

Mengiringi perbuatan dosa dengan perbuatan-perbuatan baik juga selaras dengan firman Allah SWT, karena apa yang Rasul sabdakan dengan yang Allah firmankan itu linier

Halaman:

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB