Edisi.co.id- DEPOK – Penggiat dan komunitas yang concern terhadap pelestarian serta pengembangan Sungai Ciliwung keberatan dengan pernyataan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) terkait kondisi Sungai Ciliwung yang tercemar berat dan tidak adanya intervensi dari pemerintah pusat dan kabupaten/kota. Salah satunya datang dari Sahabat Ciliwung Depok.
Diketahui, Ecoton telah melayangkan somasi terhadap Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada hari ini, 24 Mei 2022 karena ada pencemaran di Sungai Ciliwung.
“Kami keberatan dengan pernyataan yang disampaikan pihak Ecoton dan muncul di sejumlah media,” kata Koordinator Sahabat Ciliwung Depok, Hidayat, Kamis, 25 Mei 2022.
Beberapa di antaranya, sambung Dayat, ikhwal Sungai Ciliwung tercemar berat. Sebab, pada kenyatannya penggiat dan komunitas di Ciliwung, baik mulai dari hulu (Kota Bogor dan Kabupaten Bogor), tengah (Depok) dan hilir (DKI Jakarta) melihat di lapangan sudah banyak perubahan dan perkembangan yang baik di Ciliwung.
“Kami melihat dari indikator hewan biotik, seperti anggang-anggang dan udang biru yang ditemukan teman-teman di Lenteng Agung, itu mengindikasikan bahwa kualitas air mulai membaik,” sambung Dayat.
Kemudian, pihaknya sedang mengubah mindset masyarakat bahwa Ciliwung bukan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) terpanjang, dan berupaya agar masyarakat memperhatikan kebersihan serta kelestarian Sungai Ciliwung dengan memberikan informasi positif tentang Sungai Ciliwung yang semakin membaik.
Bahkan, kata Dayat, ada komunitas yang berkeinginan mewujudkan Ciliwung sebagai destinasi wisata alam. Sebab, melihat kondisi saat ini, Ciliwung cukup baik untuk dijadikan wisata alam.
“Kami yang arung jeram, berenang dan beraktivitas di Ciliwung, jujur saja tidak merasakan gatal-gatal dan lainnya. Jika Ciliwung tercemar berat, mungkin kulit kita akan alergi, gatal-gatal, ini berbicara secara awam ya,” beber Dayat.
Namun, ketika berbicara uji mutu air, lanjut Dayat, ada perkembangan yang baik yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) hasil ujinya di beberapa lokasi memasang alat pengecekan mutu air di beberapa titik.
“Mungkin masing-masing lembaga pengujiannya berbeda, seperti teman-teman dari Ecoton, kami tidak paham juga. Yang saya paham, untuk meneliti pencemaran air, misalnya menemukan pembuangan limbah, kita ambil dari yang terdekat dan beberapa meter kedepan, serta dampaknya apa, kami dari Sahabat Ciliwung juga melakukan pengujian itu jika menemukan ada pembuangan limbah ke Ciliwung,” bebernya.
Seperti di Depok, kata dia, pihaknya menginformasikan ke Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok. Bahkan, beberapa waktu lalu, pihaknya menemukan ada pabrik tahu yang membuang limbahnya ke Ciliwung.
“Setelah dilaporkan ke DLHK dan dinas terkait, kami tidak teriak-terika ke media dan membuat sensasi, kami sampaikan ke pemerintah, tindaklanjutnya mereka menegur hingga akhirnya pihak pabrik membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah),” kata Dayat.
Bahkan, sebelumnya pihaknya pun menemukan di ada rumah yang membuang kotoran tinjanya langsung ke Sungai Ciliwung. Namun, setelah dilaporkan ke pemerintah. Dan, pihak Pemkot Depok merespon dengan membuatkan septictank komunal.
“Salah satu contohnya di wilayah Kelurahan Pondok Cina. Itu kan bisa dilihat. Jadi pemberitaan yang menyatakan pemerintah tidak membuat tindakan apa-apa, lagi-lagi kami tidak setuju. Mulai dari komunitas yang berada di Bogor, Satgas naturalisasi dan di Depok dengan tim patrolinya, kerjasama pemerintah dengan komunitas serta masyarakat cukup baik. Jika dibilang tidak ada peran, ini seolah-olah mereka menghilangkan peran kami sebagai komunitas dan pemerintah,” ujar Dayat.