berita

Prof Atip Latifulhayat: Tradisi Pemikiran dan Intelektual Keislaman PERSIS Harus Dihadirkan Lebih Membumi

Minggu, 3 Juli 2022 | 16:21 WIB
Majelis Mubahatsah

Edisi.co.id, Kabupaten Bandung - Ulama Persatuan Islam (PERSIS) yang juga guru besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. KH. Atip Latifulhayat, SH., LLM, menjadi keynote speaker pada acara Majelis Mubahatsah. Kegiatan ini digelar di Sekolah Alam dan Rumah Tahfidz SMP Prima Cendekia Islami di Desa Warnasari Pengalengan Kabupetan Bandung pada Sabtu dan Ahad, (2-3/7/2022).  

Dalam pengantar sebagai pemantik diskusi Majelis Mubahatsah secara luring ini, Prof. Dr. KH. Atip Latifulhayat, SH., LLM mengemukakan pentingnya peran umat Islam untuk perduli terhadap masalah- masalah keumatan dan kebangsaan.

“Umat Islam harus tampil dalam berbagai lini, baik di jajaran pemerintahan sebagai ekskutif, legislatif, maupun yudikatif, serta dunia usaha. Umat Islam harus memegang kendali politik dan ekonomi, agar umat sejahtera, ungkap mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Persatuan Islam Periode 1995-2000 ini,” papar Prof Atip.

Lebih lanjut, Prof. Atip mengemukakan umat Islam seyogyanya memiliki penalaran yang komprehensif terhadap Islam. Sudah saatnya kita menghadirkan Islam dalam kehidupan, bukan hanya mewacanakan Islam. Apalagi sebagai aktivis Persis, kita harus mampu menampilkan miniatur Islam. 

Terkait dengan jelang Muktamar Persatuan Islam pada September mendatang, Prof. Atip yang pernah menjadi Ketua Panitia Muktamar Persatuan Islam di Tasikmalaya tahun 2010 mengemukakan bahwa Muktamar itu adalah bagian dari kontestasi gagasan dan kontestasi perubahan.

Sebagai orang yang pernah lima kali menjadi peserta Muktamar Persatuan Islam (PERSIS) sejak 1990. Ia menilai Muktamar ke Muktamar seharusnya membuahkan pemikiran-pemikiran yang baru. 

“Mestinya setiap elemen Persatuan Islam mengevaluasi cara berpikir yang berorientasi kepada kritisisme. PERSIS sebaiknya merevolusi sistem keagamaan yang konservatif dengan produksi pemikiran yang berbasis Al-Qur'an dan As-sunnah,” ucap Prof. Atif.

Ia menegaskan bahwa, titik tekannya adalah kepada pemikiran yang akan membuahkan Persatuan Islam (PERSIS) berkualitas dan berkuantitas dengan metode harokah tajdid.

“Formulasinya harus dilakukan oleh PERSIS melalui dinamika pemikiran ke berbagai kajian disiplin ilmu. Tidak hanya Fiqih Oriented. Jika hal ini terus saja berlanjut, maka hanya berorientasi fiqiyah,” kata Prof. Atif. 

Mantan Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Persatuan Islam menambahkan bahwa sejarah mencatat, produksi pemikiran PERSIS begitu melegenda di awal kelahirannya tahun 1923 hingga kisaran tahun 1960-an. Hal ini yang harus dipertahankan dan dibumikan kembali.

"Oleh karena itu, momentum seratus tahun kedua Persatuan Islam (PERSIS) harus menemukan kembali keasliannya menjadi penghela pemikiran Islam melalui akselerasi pemikiran Islam kontemporer agar tetap eksis sebagaimana di awal kelahirannya," ucapnya.

Kalau boleh saya interprestasikan, jika pada seratus tahun pertama (1923-2023) PERSIS berada pada posisi awal pendirian dengan transformasi pemikiran keislaman yang hebat, maka di seratus tahun kedua 2023-2123 harus melahirkan big event monumental kedua.

“Tradisi pemikiran dan intelektual keislaman Persatuan Islam (PERSIS) harus dihadirkan kembali dengan lebih membumi,” pungkasnya.

Diketaui Majelis Mubahatsah ini dihadiri oleh para ustad pesantren, dosen, penulis, pendakwah, asesor, hingga para pemangku umat dan pengayom masyarakat. Mereka pada umumnya berlatar belakang aktivis dan alumni Pesantren Persatuan Islam (PERSIS).

Tags

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB