Edisi.co.id, Jakarta - Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi masa paling sukses dalam menggelar pendidikan tinggi. Kini Muhammadiyah telah memiliki 164 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang tersebar di seluruh Indonesia dan satu perguruan tinggi di Perlis, Malaysia.
Meski demikian, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengaku masih banyak menahan geliat pimpinan daerah untuk mendirikan universitas, sebab Haedar tak ingin Muhammadiyah terjebak dalam kuantitas saja dan melupakan kualitas.
“Bahkan kalau tidak dicegah mungkin setiap daerah bikin universitas nanti. Ini juga harus tahan diri. Hati-hati nanti karena terlalu banyak, nanti hanya kuantitas. Padahal sekarang harus kualitas juga. Kenapa? Karena yang lain juga mendirikan (Universitas) bahkan sudah lebih maju lagi daripada kita,” pesan Haedar demikian dikutip dari muhammdiyah.or.id, Rabu (13/10/2021).
Dalam Baitul Arqom Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan, Ahad (10/10) Haedar menujukan pesan itu pada semua Pimpinan Muhammadiyah dari pusat hingga daerah. Tantangan Muhammadiyah untuk menjaga kualitas dianggap lebih pelik daripada menambah jumlah amal usaha.
“Bahkan sekarang universitas luar, Melbourne University (Monash) itu sudah ada di Serpong. Jadi semuanya harus kita lakukan, meningkatkan kualitas. Pendidikan dasar menengah juga, termasuk ‘Aisyiyah harus hati-hati sebab dulu perintis PAUD dan TK kan? Sekarang apakah kita masih leading di depan?” ingat Haedar.
“Kalau para pengurusnya hanya sibuk mengurus hal-hal urusan organisasi-administratif, lupa urusan peningkatan kualitas, padahal peningkatan kualitas itu menyangkut kualitas gurunya, kualitas kurikulumnya, persaingannya juga tinggi, kita akan ketinggalan,” imbuhnya.
Baca Juga: Memudahkan Pelanggan di Kepulauan Seribu, JNE Resmikan Sales Counter di Pulau Pramuka
Pesan senada disampaikan Haedar agar Muhammadiyah melakukan lompatan-lompatan ke depan di berbagai bidang, bukan malah kembali mengadopsi sistem yang telah berlalu di zaman lampau.
Selain kepada amal usaha pendidikan, Haedar juga berpesan agar akar rumput dan anak muda berbasis komunitas juga dirangkul dan digarap dengan cara dan metode yang sesuai dengan watak mereka.
“Jangan sampai Muhammadiyah ini terasing dari anak-anak muda. Maka IPM, IMM, Pemuda, NA jangan sibuk dengan organisasinya dan sibuk dengan mobilitas para elitnya. Perhatikan, anak muda tergarap nggak? Jangan sampai nanti ada ploting mess, Muhammadiyah ini tercerabut dari jamaah, dari akar masyarakat, dari akar umat. Jangan salahkan akhirnya, sebab pihak lain menggarap umat kita di bawah,” tegas Haedar.
Artikel Terkait
Kementrian agama : Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW 20 Oktober 2021 dan Tetap 12 Rabiul Awal
Tandatangani MoU dengan BPKH, PERSIS: Dukung BPKH Kelola Dana Haji Profesional, Transparan dan Akuntabel
Memudahkan Pelanggan di Kepulauan Seribu, JNE Resmikan Sales Counter di Pulau Pramuka
Mudahkan Masyarakat Mengakses Vaksin, PMI Kota Tangerang Buka Sentra Vaksinasi Covid-19