Edisi.co.id - Wall Street menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dalam volume transaksi yang ringan menjelang libur panjang akhir pekan, karena investor menilai data inflasi terhadap kenaikan suku bunga dan kekhawatiran resesi, sementara saham energi melonjak menyusul harga minyak lebih tinggi.
Indeks Dow Jones Industrial Average bertambah 176,44 poin atau 0,53 persen, menjadi menetap di 33.203,93 poin.
Indeks S&P 500 terangkat 22,43 poin atau 0,59 persen, menjadi berakhir di 3.844,82 poin, Indeks Komposit Nasdaq meningkat 21,74 poin atau 0,21 persen, menjadi ditutup di 10.497,86 poin.
Baca Juga: Pembangunan Labersa Kaldera Resort Selesai Juli 2024
Indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah untuk minggu ketiga berturut-turut, dengan indeks acuan jatuh 0,2 persen dibandingkan dengan penurunan mingguan 1,9 persen untuk Nasdaq.
Namun Dow menguat 0,9 persen untuk kenaikan mingguan pertama dari tiga pekan.
Sebuah laporan Departemen Perdagangan menunjukkan belanja konsumen AS hampir tidak naik pada November, sementara inflasi semakin dingin, tetapi tidak cukup untuk mencegah Federal Reserve AS dari mendorong suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi tahun depan.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), pengukur inflasi pilihan Fed, naik 0,1 persen bulan lalu setelah naik 0,4 persen pada Oktober.
Baca Juga: Utang Pemerintah Ternyata Tembus Rp7.554,2 Triliun per November 2022
Sebuah survei acuan menunjukkan konsumen AS memperkirakan tekanan harga menjadi moderat terutama di tahun depan, dengan prospek inflasi satu tahun turun ke level terendah dalam 18 bulan pada Desember.
Indeks Wall Street turun tajam pada Kamis (22/12/2022) setelah data yang direvisi menunjukkan ekonomi Amerika tangguh, memicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve dapat mempertahankan kenaikan suku bunga lebih lama dan akhirnya mendorong ekonomi ke dalam resesi.
Tetapi, data Jumat (23/12/2022) dan fakta bahwa data tersebut secara kasar sejalan dengan ekspektasi, meredakan beberapa kekhawatiran untuk saat ini, menurut Shawn Cruz, kepala strategi perdagangan di TD Ameritrade di Chicago, Illinois.
"Ini adalah indikasi yang jelas bahwa ini adalah berita buruk, berita baik dari pasar. Pasar ingin The Fed merasa apa yang mereka lakukan sudah cukup," ungkap Cruz.
Baca Juga: Masyarakat Gembira Jalan di Kecamatan Sawangan Sudah Mulus
Investor telah gelisah sejak minggu lalu karena Fed mengindikasikan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk mencapai sasaran inflasi 2,0 persen dan memproyeksikan kenaikan suku bunga di atas 5,0 persen pada 2023, level yang tidak terlihat sejak 2007.
Artikel Terkait
KPK Pamen Polri Ini terkait Kasus Korupsi
Utang Pemerintah Ternyata Tembus Rp7.554,2 Triliun per November 2022
Pembangunan Labersa Kaldera Resort Selesai Juli 2024