edisi.co.id - Ribuan warga Rumania bergabung dalam unjuk rasa Bucharest untuk memprotes biaya energi, makanan, dan kebutuhan pokok lainnya yang menurut penyelenggara telah mengirim jutaan pekerja ke dalam kemiskinan.
kerumunan besar yang mengibarkan bendera di Praha bulan lalu menuntut pemerintah koalisi pro-Barat mengundurkan diri dari perang Rusia-Ukraina. Menurut para pengunjuk rasa, kebijakan embargo gas Rusia saat berperang dengan Ukraina memicu lonjakan yang tinggi di harga energi.
ribuan warga Hungaria termasuk guru dan siswa berbaris melalui Budapest pada hari Minggu untuk memprotes pemerintah. Meski telah mengamankan pasokan gas Rusia, demonstran masih menyebut Perdana Menteri (PM) Vikro Orban gagal menjaga stabilitas ekonomi.
Sementara itu, di Eropa Barat, gelombang pemogokan kerja mulai terjadi. Di Prancis, serikat pekerja kilang minyak dan sektor publik seperti transportasi telah memulai pemogokan mereka dalam beberapa pekan terakhir. Pemogokan ini menipiskan stok bensin negara itu serta gangguan mobilisasi akibat beberapa kendaraan umum yang berhenti beroperasi.
Baca Juga: Jembatani Santri Berdemokrasi, Pesantren MTs PERSIS Manbaul Huda Gelar Pemilihan Ketua IPP - IPPi
Pekerja kereta api, perawat, pelabuhan, pengacara, dan profesi lainnya di Inggris juga telah melakukan serangkaian pemogokan dalam beberapa bulan terakhir. Mereka menuntut kenaikan gaji yang sesuai dengan inflasi yang berjalan pada level tertinggi empat dekade sebesar 10,1%.
pemogokan baru-baru ini oleh pilot Lufthansa di Jerman serta pekerja maskapai dan bandara telah mengganggu penerbangan. gelombang unjuk rasa besar-besaran juga dilakukan serikat pekerja di Prancis. Mereka menuntut kenaikan upah signifikan akibat biaya hidup yang terus melambung. Sebelumnya, hal serupa telah dilakukan oleh para pekerja kilang minyak sehingga menyebabkan krisis BBM di negara tersebut.
Analis dari konsultan risiko Verisk Maplecroft, Torbjorn Soltvedt, mengatakan krisis kali ini dapat menimbulkan kerusuhan sipil di Eropa. Pasalnya, para pemimpin Eropa sangat mendukung Ukraina dan berjanji atau untuk menghentikan ekonomi mereka dari minyak dan gas alam Rusia yang murah.
Inggris menjadi negara Eropa pertama yang mengalami perubahan kepemimpinan negara akibat inflasi yang tinggi ini. Setelah 45 hari menjabat, Perdana Menteri (PM) Liz Truss menyatakan mundur dari jabatannya setelah mengaku ia tak mampu membawa mandat rakyat untuk menyelesaikan persoalan ekonomi yang membelit Inggris.
Rencana stimulus ekonomi Truss yang gagal, yang melibatkan pemotongan pajak besar-besaran dan bantuan puluhan miliar pound untuk tagihan energi rumah tangga dan bisnis tanpa rencana yang jelas untuk membayarnya, memberikan gambaran terkait persoalan yang dihadapi pemerintah.
Artikel Terkait
Dimanahi Kepala Teknisi Oleh Institut Kemandirian, Jafar Sodiq: Saya Akan Jaga Amanah Ini
Dukungan AS terhadap Presidensi G20 Indonesia
Jembatani Santri Berdemokrasi, Pesantren MTs PERSIS Manbaul Huda Gelar Pemilihan Ketua IPP - IPPi