Hal ini terjadi karena pasien perempuan dinilai lebih terbuka saat membicarakan kondisi kesehatannya dan memiliki kesadaran tinggi dalam menjaga kesehatan reproduksi.
Di sisi lain, perkembangan layanan kesehatan untuk perempuan juga turut menjadi daya tarik. Ragam pengobatan spesifik—seperti program kesuburan hingga terapi kanker reproduksi (serviks, ovarium, rahim)—semakin beragam dan kompleks.
Ini membuka banyak ruang eksplorasi ilmiah dan praktik klinis yang mendorong minat terhadap spesialisasi ini, tak terkecuali dari kalangan dokter laki-laki.
Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak dokter perempuan yang mulai menunjukkan minat terhadap bidang obstetri dan ginekologi.
Institusi pendidikan kedokteran dan rumah sakit juga mulai menyediakan alat-alat medis yang lebih inklusif dan ramah bagi dokter perempuan.
Perubahan ini membawa harapan akan representasi yang lebih seimbang dalam dunia kedokteran, terutama dalam bidang kesehatan reproduksi wanita.
Dengan kesadaran kolektif dan inovasi dalam sarana penunjang, bukan tidak mungkin ke depan jumlah dokter kandungan perempuan akan terus meningkat, menciptakan keragaman yang lebih adil dalam pelayanan kesehatan.
Artikel Terkait
Berhentikan Sementara Hakim yang Jadi Tersangka Suap Kasus Korupsi CPO, MA Kini Ngaku Prihatin
Ingar Bingar Larangan Ngemis Sumbangan di Jalan, Dedi Mulyadi Tegaskan Kini Jalanan Umum Wilayah Jabar Harus Bebas Pungutan
Beredar Video Amatir di Medsos, Anggota DPRD Sumut Kini Beberkan Alasan Cekcek dengan Pramugari Wings Air
Pengakuan Anggota DPRD Sumut Megawati Zebua usai Viral Diduga Cekik Pramugari, Ceritakan saat Itu Bela Bapak Tua