Edisi.co.id - Perdana Menteri (PM) Thailand, Paetongtarn Shinawatra dan eks PM Kamboja, Hun Sen dikabarkan saling mengunjungi wilayah perbatasan yang menjadi sengketa di tengah eskalasi ketegangan antara kedua negara, pada Kamis, 26 Juni 2025.
Dilansir dari Reuters, eskalasi ketegangan di perbatasan itu diawali dengan bentrokan bersenjata antar pasukan Thailand vs Kamboja, pada Mei 2025 lalu. Dalam aksi tersebut, satu tentara Kamboja tewas dalam bentrokan bersenjata itu.
Kamboja kemudian merespons dengan menangguhkan semua impor bahan bakar dan gas dari Thailand, sementara Thailand menutup sebagian pos pemeriksaan di perbatasan darat sepanjang 817 kilometer.
Paetongtarn tiba di kota perbatasan Aranyaprathet di Provinsi Sa Kaeo, Thailand pada Kamis, 26 Juni 2025.
Kedatangan Paetongtarn di kota yang berseberangan dengan Poipet, Kamboja, itu disambut kerumunan pendukung yang membawa spanduk besar bertuliskan 'Love You Prime Minister Paetongtarn' yang berarti: Cintailah PM Paetongtarn.
Terkait hal itu, Paetongtarn kemudian menyatakan tujuan kunjungannya untuk meninjau tindakan keras terhadap kejahatan transnasional dan mengukur dampak pembatasan perbatasan.
Sebelumnya, Thailand memang tengah menghentikan semua kendaraan, wisatawan, dan pedagang dari semua penyeberangan barat ke Kamboja.
"Kami ingin melihat dampak dari kebijakan ini dan apa yang pemerintah dapat lakukan untuk membantu. Ini adalah tujuan utama dari kunjungan hari ini," kata Paetongtarn dalam pertemuan dengan para pejabat Thailand, dikutip dari Reuters pada Kamis, 26 Juni 2025.
Paetongtarn menghubungkan isu ini dengan maraknya pusat penipuan online ilegal dengan Kamboja. Meski demikian, otoritas Kamboja membantah keterlibatannya.
Di sisi lain perbatasan juga tampak Hun Sen yang mengklaim tengah mengunjungi pasukan dan pejabat di Provinsi Oddar Meanchey, wilayah yang berseberangan dengan Provinsi Surin di Thailand.
Hun Sen diketahui memakai seragam militer tiba dengan helikopter dan bertemu dengan para pejabat di wilayah tersebut.
Kendati bukan lagi perdana menteri, Hun Sen masih memiliki pengaruh politik yang kuat di Kamboja.
Lebih jauh, sebagian publik menyoroti konflik di perbatasan Thailand-Kamboja itu membuat posisi Paetongtarn sebagai perdana menteri terancam.
Selain harus berhadapan dengan ekonomi yang tengah goyah, Paetongtarn juga harus berhadapan dengan koalisinya yang rapuh, serta menghadapi mosi tidak percaya di parlemen.***
Artikel Terkait
Kunjungi Ibu Melahirkan Tepat Di Hari Keluarga, Menteri Wihaji Ingin Tradisi Ini Terus Terjaga
Baru Muncul Setelah 'Perang 12 Hari', Khamenei Klaim Kemenangan Iran hingga Sebut Israel Nyaris Hancur Total
Cerita Agam Rinjani Menginap Tebing Curam, Sosok yang Ikut Evakuasi Juliana Marins dari Jurang
Hak Asuh Dimenangkan Baim Wong, Paula Verhoeven Mantap Tak akan Ajukan Kasasi: Demi Kesehatan Mental Anak
Jaksa Bongkar Isi Percakapan Harun Masiku ke Hasto Kristiyanto, Sebut-sebut Nama Puan hingga Megawati