Namun apapun perubahan yang terjadi, kata Prof Jiang Dafeng, dosen jurnalistik yang pernah menjadi wartawan, prinsip jurnalistik di Tiongkok tetap sama.
“Media massa harus tetap menyampaikan fakta dan menceritakan fakta. Lima W dan satu H harus tetap ada,” kata Prof Jiang.
Lima W dan satu H adalah what (apa), who (siapa), when (kapan), where (di mana), dan why (mengapa), serta satu H adalah how (bagaimana).
Tentu saja wartawan harus menulis secara obyektif dan jujur. Boleh beropini yang bersifat membangun, boleh memberikan kritik konstruktif. “Jangan ada opini yang merangsang konflik sosial,” tutur Jiang.
Karena itu dalam menulis berita, kata Jiang, wartawan harus mengetahui latar belakangnya. Mengerti apa yang harus dikutip, dan meliput dengan obyektif.
“Boleh menulis korupsi, tetapi memberi jalan keluarnya. Memberi solusi,” kata Jiang.
Jiang mengakui, ia dan para pengajar jurnalisme di universitas tempat mengajar baru-baru ini serius membicarakan mengenai media baru.
Media baru menuntut universitas menyiapkan kurikulum dan dosen-dosen yang mampu mengajarkan media baru. Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja.
“Ini telah dibahas serius. Kami menggandeng kerja sama dengan banyak pihak seperti Inggris dan Rusia. Kerja sama dengan Indonesia, perlu kita pikirkan,” tutur Prof Jiang menanggapi tawaran kerja sama dengan Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) PWI Pusat.
Pihak universitas juga merekrut praktisi untuk menjadi dosen, seperti Prof Jiang sendiri yang sebelumnya bekerja sebagai wartawan.
Secara internal di univesitas, kata Jiang setiap pengajar diharuskan memiliki akun dan aktif di berbagai media sosial. Mereka harus meng-update status atau menulis di media sosial tiga kali dalam seminggu.
Kagiatan bermedia sosial harus dilaporkan pada universitas. Cara demikian untuk menjamin para dosen benar-benar mengikuti perkembangan media sosial.
Prof Zhao Hongyan menambahkan, di kampus jurnalisme Heilongjiang telah diperbanyak kuliah praktik kerja lapangan. Praktik kerja di perusahaan media dan mempraktikkan media sosial, merupakan hal penting bagi mahasiswa. “Ini sudah kami lakukan, sehingga ketika mereka lulus dari perguruan tinggi, sudah siap bekerja,” tutur Zhao.
Media dalam Posisi Sulit
Artikel Terkait
Ketua Umum PWI Pusat, Hendry Ch Bangun Terima Penghargaan dari Kemenpora
PWI Pusat Pertanyakan Surat Dewan Pers dan Tindakan Pengosongan Kantor
KPU Jakarta Utara Sambut Kunjungan Pokja PWI Wali Kota Jakarta Utara
Elegan PWI Dihancurkan Dewan Pers, Siapa Dibaliknya?
PWI Pusat Somasi Ketua Dewan Pers
PWI Pusat Gelar Pelatihan GRCE, Meningkatkan Tata Kelola dan Manajemen Risiko Organisasi