Edisi.co.id - Penutupan Pelabuhan Marunda yang sudah berjalan hampir satu tahun menyebabkan banyak pekerja di pelabuhan tersebut kehilangan mata pencaharian.
Hasan Basri salah seorang pekerja di Kawasan Pelabuhan Marunda mengungkapkan, sejak kawasan itu ditutup hampir setahun silam akibat dituduh menyebabkan pencemaran udara, pelabuhan yang setiap harinya disandari lebih dari 20 kapal untuk melakukan bongkar muat sudah seperti kawasan tak berpenghuni.
"Sudah tidak ada pekerja yang sibuk melakukan aksi bongkar muat di wilayah pelabuhan.Tak ada lagi hiruk pikuk kendaraan dan alat berat yang keluar masuk pelabuhan untuk melakukan aktifitas bongkar muat," tutur Hasan, Senin (27/3/2023).
Suasana pelabuhan yang di gerbangnya tertulis Kawasan Strategis Nasional tersebut kini tampak sepi.
"Sejak kawasan ini ditutup hampir setahun silam akibat dituduh menyebabkan pencemaran udara, pelabuhan yang setiap harinya disandari lebih dari 20 kapal untuk melakukan bongkar muat sudah seperti kawasan tak berpenghuni," imbuhnya.
Baca Juga: Raih Pahala Sebanyak-banyaknya dengan Menjalankan Berbagai Amalan di Bulan Ramadhan
Kini puluhan kapal tongkang pengangkut batubara tampak antri terlihat di kejauhan untuk bongkar di pelabuhan pengganti di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Antrian panjang tersebut diduga karena pelabuhan Tanjung Priok Overload.
"Dampak penutupan pelabuhan ini membuat sebagian besar pekerja memilih pulang kampung, sebagian lagi bertahan dan masih berharap ada perubahan kebijakan dari pemerintah untuk mengaktifkan kembali pelabuhan tersebut. Saya masih sering ke sini walaupun sudah ngga ada gajinya," ujar Hasan
Ayah satu anak tersebut berharap bisa kembali bekerja memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
"Pelabuhan ini tempat saya mengais rejeki. Mohon bisa diaktifkan kembali," pinta pekerja asal Bekasi, Jawa Barat tersebut.
Untuk menyambung hidup, ungkap Hasan, ia dan kawan-kawan yang bertahan di pelabuhan memilih kerja serabutan hingga menjadi ojek pangkalan.
"Pendapatan ya ngga menentu, yang ada hutang tambah banyak. Buat menutupi kebutuhan hidup. Paling pendapatan kerja serabutan sebulan hanya 500 sampai 600 ribu aja," keluhnya.
Baca Juga: Ajak Bersih-bersih, Begini Cara Para Dai Kafilah Dakwah Berdakwah
Sebelum ditutup kawasan pelabuhan yang dikelola PT Karya Citra Nusantara (KCN) tersebut, Hasan memiliki penghasilan tetap hingga 5 juta rupiah.
Artikel Terkait
Reses, M.Nuh Temui Warga Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara
Warga Marunda Tiga Tahun Urus Sertipikat, Sampai Kini Belum Selesai
YRT Ahlul Qur’an Gelar Safari Dakwah di Kabupaten Batu Bara untuk Lanjutkan Perjuangan Syekh Ali Jaber
Indonesia Melarang Ekspor Batu bara, Tiga Negara ini Protes
Dibuka Kembali Keran Ekspor Batu Bara Pada 1 Februari 2022
Ketua Koperasi TKBM Bangkit Juang Abadi Menduga KSOP Marunda tidak Paham Hukum
Dualisme Koperasi Pelabuhan Marunda, Serikat Pekerja TKBM akan Gelar Unjuk Rasa di Kementerian Perhubungan
Lika Liku Harga Batu Bara Pada Bulan Ini
Ramalan Nasib Pesta Harga & Saham Batu Bara Pilihan Sekuritas 2023