Selama masa sede vacante, tanggung jawab kepemimpinan Gereja dialihkan kepada Kolegium Kardinal.
Mereka mengatur kegiatan administratif Gereja hingga Paus baru dipilih, namun tanpa kewenangan mengubah kebijakan penting.
Tubuh Paus yang telah wafat dibersihkan dengan penuh kehormatan, lalu dikenakan jubah merah dan putih.
Warna tersebut bukan sekadar liturgi, tetapi juga menggambarkan martir dan kesucian.
Setelahnya, jenazah ditempatkan di Santa Marta, kediaman pribadi Paus.
Dari sana, akan dipindahkan ke Basilika Santo Petrus, tempat umat dari seluruh penjuru dunia dapat memberikan penghormatan terakhir.
Pemakaman Paus Fransiskus sendiri dijadwalkan pada Sabtu, 26 April 2025 pukul 10.00 waktu setempat.
Uniknya, dalam surat wasiatnya, beliau memilih dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, bukan di Basilika Santo Petrus seperti para pendahulunya.
Salah satu aspek paling unik dari prosesi pemakaman Paus adalah penggunaan tiga peti mati yang bertingkat.
Proses ini tidak hanya simbolik, tetapi juga menyampaikan pesan spiritual yang mendalam.
Peti pertama terbuat dari kayu cemara. Ini adalah lambang kerendahan hati, mengingatkan bahwa meskipun seorang Paus memiliki kedudukan tinggi, ia tetap manusia yang kembali ke tanah.
Di dalamnya, wajah Paus akan ditutupi kain sutra putih, bersama sebuah tabung timah berisi biografi dan koin masa kepausannya.
Peti kedua dibuat dari seng atau timah.
Ia berfungsi sebagai pelindung kedap udara, simbol bahwa warisan rohani Paus akan tetap abadi dan tidak tergoyahkan oleh waktu.
Peti ketiga, sebagai lapisan terluar, dibuat dari kayu ek.