“Saya sebelum pakai alat digital Jinawi itu, Bu, (pengeluaran biaya) pupuk per satu hektarnya 1,05 ton. Setelah pakai alat ini, saya menggunakan pupuk per hektarnya 650 kilogram,” jelasnya,
Selain itu, lanjut Tri Widodo, perangkat IoT juga memudahkan petani melakukan pengecekan terhadap kondisi lahan pertanian.
“Alat digital ini juga saya bisa melihat kesehatan tanahnya, kekurangan zat asam, itu bisa kita lihat,” ungkapnya.
Transformasi pertanian melalui Tani Digital menjadi bukti nyata bahwa teknologi bukan hanya milik kota, tetapi juga sahabat bagi para petani di desa.
Inovasi yang berpihak pada masyarakat ini menunjukkan bahwa upaya mewujudkan ketahanan pangan lahir dari kolaborasi antara praktik tradisional dan inovasi digital.