Edisi.co.id - Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah Saw bersabda, “Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seorang mukmin tertimpa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada masa depan), sedih (akan masa lalu), kesusahan hati (berduka cita) atau sesuatu yang menyakiti sampai pada duri yang menusuknya, itu semua akan menghapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikh Sa’id bin Wahf Al-Qahthani berkata, sabar yang berpahala adalah yang dilakukan dengan (1) ikhlas karena Allah, (2) mengadu pada Allah, bukan mengadu pada manusia, (3) sabar di awal musibah.
Baca Juga: Diseminasi HAM, Tindak Lanjut Implementasi Konvensi Anti Penyiksaan
Lihatlah Nabi Ayyub as yang terus membasahi lisannya untuk berdzikir kepada Allah, walau sedang dalam keadaan sakit.Penyakitnya tak menghalangi dari dzikir dan ibadah kepada Allah. Fisiknya memang sakit dan lemah, tapi hatinya tetap hdup dan terjaga..
Dari ‘Abdullah bin Busr, ia berkata, “Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah Saw, lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik?” “Yang panjang umurnya dan baik amalannya,” jawab beliau.
Salah satunya lagi bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (HR. Ahmad).
Juga camkanlah, setiap orang diuji sesuai tingkatan iman. Seperti sabda Rasulullah Saw dalam Musnad Imam Ahmad. Dari Mush’ab bin Sa’ad, dari bapaknya, ia pernah berkata pada Rasulullah Saw:
“Manusia manakah yang paling berat cobaannya?” Jawab Rasulullah, “Para Nabi lalu orang shalih dan orang yang semisal itu dan semisal itu berikutnya. Seseorang itu akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Jika imannya semakin kuat, maka cobaannya akan semakin bertambah. Jika imannya lemah, maka cobaannya tidaklah berat. Kalau seorang hamba terus mendapatkan musibah, nantinya ia akan berjalan di muka bumi dalam keadaan tanpa dosa.” (HR. Ahmad)
Baca Juga: Patroli Rutin Polair Polres Kepulauan Seribu Menjaga Keamanan Perairan dan Sambangi Nelayan
Kalau ingin kuatkan sabar, ingatlah cobaan yang lebih berat yang menimpa para Nabi.
Dari ‘Abdurrahman bin Saabith Al-Qurosyi, Rasulullah Saw bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian tertimpa musibah, maka ingatlah musibah yang menimpa diriku. Musibah padaku tetap lebih berat dari musibah yang menimpa dirinya.” (HR. ‘Abdurrozaq)
Petiklah pelajaran dari apa yang dikatakan oleh Nabi Ayyub ‘as pada istrinya, “Aku telah diberi kesehatan selama 70 tahun. Sakit ini masih derita yang sedikit yang Allah timpakan sampai aku bisa bersabar sama seperti masa sehatku yaitu 70 tahun.”