Edisi.co.id-Bulan Ramadhan sudah memasuki hari ke enam belas, dimana satu hari setelahnya yaitu 17 Ramadhan ada moment peringatan Nuzulul Qur'an atau diturunkannya Al-Qur'am bagi umat Islam. Namun siapa sangka dahulu kala saat Al-Qur'an diturunkan ada beberapa kelompok yang mempunyai sikap yang berbeda hingga saat ini.
Allah SWT membeberkan bahwa saat al Quran diturunkan, umat manusia terpecah menjadi tiga kelompok dalam meresponsnya. Hal itu terukir secara permanen dalam makna ayat, “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.” (QS. Fathir/35: 32).
Berdasar ayat ini, kelompok pertama merespons turunnya al Quran dengan cara menganiaya diri sendiri (zalim linafsih).
Baca Juga: Berpuasa Adalah Berbekal
Frasa ini, menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, adalah orang yang lalai terhadap sebagian dari perintah yang diwajibkan dan malah mengerjakan sebagian dari larangan yang diharamkan.
Misalnya, al Qur'an memerintahkan menyembah Allah, dia malah menyembah berhala. Ketika al Quran menitahkan membayar zakat, dia malah mangkir dan mengemplangnya. Namun ketika al Quran menyuruh berbuat yang makruf, sebaliknya dia malah melakukan yang munkar.
Kelompok kedua merespons secara setengah-setengah atau pertengahan, yakni bimbang ihwal kebenaran al Quran. Termasuk dalam hal ini, tulis pengarang kitab Tafsir Jalalain, separuh-separuh mengamalkannya.
Padahal Allah menandaskan, “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Qur an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu.” (QS. al-Baqarah/2: 23).
Karakter lain dari kelompok kedua ini, menurut Ibnu Katsir, adalah orang yang menunaikan perintah yang diwajibkan kepada dirinya dan meninggalkan larangan yang diharamkan, namun di lain waktu dia tidak mengerjakan sebagian dari perbuatan yang disunatkan dan mengerjakan sebagian dari perbuatan yang dimakruhkan (dibenci).
Secara kontekstual, ini adalah kondisi psikologis orang-orang munafik (hipokrit). Secara historis sikap ini yang paling ditakutkan menimpa umat Nabi, terutama ketika ada sekelompok orang yang mengaku beriman dan ikut Perang Badar, namun ketika musuh datang mereka pulang.
Kelompok ketiga merespons dengan bersegera berbuat kebaikan (sabiq bil-khairat). Sikap kelompok ini linier dengan perintah Allah, “Maka berlomba-lombalah (dalam berbuat) kebaikan.” (QS. al-Baqarah/2: 148). Frasa “berlomba-lomba (dalam berbuat) kebaikan”, bagi pengarang kitab Tafsir Jalalain, artinya segera menaati dan menerimanya.
Tiga kelompok orang dalam merespons turunnya al Quran di atas, yang disebut terakhir adalah yang terbaik. Semoga kita termasuk ke dalam kelompok itu.***
Penulis: Dr KH Syamsul Yakin MA., Pendiri Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok.
Artikel Terkait
Mengetahui Filosofi Ketupat Lebaran
Melihatlah Ke Bawah
Kesombongan, Dosa Pertama Makhluk Tuhan
Momen saat Setan mulai Menyesatkan Orang-orang Beriman
P U L A N G : Catatan Khairuloh Akhyari Menyambut Tahun Baru Islam Bulan Muharram 1444 H