Sebelumnya, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam banyak kesempatan menguraikan bahwa rokok pada dasarnya merupakan toxic dan bisa mempengaruhi stunting.
Toxic rokok ini mempengaruhi prenatal dan postnatal.
Karena itu, laki-laki yang program ingin punya anak berhenti dulu merokok selama 70 hari sebelum konsepsi karena toxic merokok bisa menurunkan kualitas sperma.
Merujuk penelitian dalam Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing pada 2006 lalu, asap rokok dapat mengurangi testis, nekrosis testits, berkurangnya diameter tubulus seminiferous, dan vasokontrisi pembuluh darah yang mempengaruhi pengambilan oksigen selama metabolisme.
Penurunan kualitas sperma ini menyebabkan sperma sulit untuk membuahi sel telur, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kehamilan.
Kerusakan DNA sperma akibat merokok juga dinilai meningkatkan risiko keguguran, gangguan perkembangan janin, bahkan cacat lahir.
“Paparan asap rokok meningkatkan risiko stunting pada anak berusia 25-59 bulan sebesar 13,49 kali. Selain itu, paparan asap rokok meningkatkan terjadinya ectopic pregnancy dan sudden infant death syndrome,” ungkap Hasto sebagaimana dikutip portal resmi BKKBN.
Mantan Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan, Indonesia merupakan negara ketiga tertinggi di dunia jumlah perokok di atas usia 10 tahun setelah China dan India.
Bahkan, pernah ada anak 2 tahun merokok di Indonesia mencengangkan dunia.
“Ada 23,21 persen penduduk Indonesia merokok pada 2020. Dan, 96 juta orang Indonesia menjadi perokok pasif termasuk ibu hamil dan anak-anak,” ungkap Nila.(NJP)***
Artikel Terkait
Wenny Haryanto dan BKKBN Berikan Tips Percepatan Penurunan Stunting Kepada Warga Mruyung Kecamatan Limo Depok
Kunjungi Warga Bekasi, Ini Tips Wenny Haryanto untuk Cegah Stunting
Kolaborasi Wenny Haryanto, BKKBN dan Pemkot Hantarkan Kota Depok Berprestasi Turunkan Stunting
Meski Ruangan Panas Penuh Keringat, Wenny Haryanto Tetap Semangat Kampanye Percepatan Penurunan Stunting
Ini Dia Rumus Jitu Cegah Stunting Dari Wenny Haryanto