Banyak pekerja merasa aman dengan gaji, jabatan, dan fasilitas. Namun, rasa aman itu bisa runtuh sewaktu-waktu.
“Yang lebih penting bukan pada apa yang kita pegang, tapi bagaimana kita berdiri. Apakah kita punya fondasi berdiri yang cukup kuat untuk bertahan, bahkan saat tanah di bawah kaki mulai goyah,” ungkap Indrawan.
Sebagai contoh, Indrawan menyoroti kejatuhan platform Evernote, aplikasi pencatat digital itu dulunya populer dan direkomendasikan banyak profesional, tetapi kini tersisih.
Kompetitornya, seperti Obsidian dan Google Keep, justru kini dinilai melesat karena lebih adaptif.
CEO CIAS itu menilai, kasus Evernote bukan sekadar soal teknologi, melainkan tentang kecepatan membaca arah perubahan.
“Ini bukan hanya sekadar soal fitur, tapi soal kecepatan membaca arah dan keberanian untuk menyesuaikan diri,” terang Indrawan.
Indrawan lantas menyebut, hal yang sama berlaku bagi individu. Kecepatan beradaptasi lebih menentukan masa depan dibandingkan senioritas atau prestasi masa lalu.
“Kecepatan beradaptasi kini lebih menentukan masa depan, daripada senioritas atau prestasi masa lalu,” tukasnya.***
Artikel Terkait
40 Ribu Pekerja Tekstil Terancam PHK Bila Usulan BMAD Sebesar 45 Persen terhadap Bahan Baku China Diterapkan
Saat RI Menang Gugatan Biodesel di WTO, Kini Giliran Uni Eropa yang Didesak Cabut Bea Masuk
Momen Bambang Pacul Puji Prabowo sebagai Sosok dengan 'Semangat Korea' saat Bahas Amnesti-Abolisi
Bandung Raya Dibayangi Ancaman Sesar Lembang, BPBD Cemaskan Gempa Kuat Berskala MMI 8
Dana Jumbo Rp22,7 Triliun Mengalir ke Bulog, Misi RI untuk Serap 3 Juta Ton Beras Petani di 2026