Pembunuhan Massal Anggota PKI, Dipenggal Kepalanya hingga Mayat Dibuang di Tempat Umum

Baca Juga: Karadenan Konsolidasi Dalam Rangka Vaksinasi Keluarga

Mereka memilih senjata yang digunakan tergantung dengan apa yang tersedia di Markas dan keefektifannya.

Para algojo--kelompok ronda--tidak menggunakan senjata api dalam melakukan operasi.

"Ada semacam perasaan di kalangan mereka bahwa membawa senjata api adalah pengecut," ujar Hermawan dalam bukunya.

Pasalnya, menurut Hermawan, penggunaan senjata api kurang menuntut kekuatan fisik dan keterampilan membunuh musuh.

Baca Juga: Wakil Wali Kota Depok, IBH Hadiri Kegiatan Mancing Bareng Wartawan dan ASN

Secara umum, Hermawan mengatakan bahwa kelompok ronda dengan mengenakan celana dan baju hitam, berpencar pergi pada malam hari untuk mencari sasaran yang diduga anggota PKI.

"Sepanjang waktu anak-anak (kelompok ronda) menerima informasi dari berbagai sumber tentang nama-nama yang diduga sebagai anggota PKI," ugkap Hermawan.

Setiap kelompok ronda mengepung rumah calon korban. Ada yang mengetuk pintu depan atau belakang, dan memanggil calon korban supaya keluar.

"Anak (anggota kelompok ronda) yang mengetuk pintu dalam keadaan siap untuk bertarung," cerita Hermawan dalam bukunya.

Baca Juga: Seni Pertunjukan Gong Si Bolong Jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021

Sementara itu, anggota lainnya menunggu, siap membantu jika yang mengetuk pintu mengalami kesulitan.

Jika korban sudah keluar rumah, kelompok ronda itu mengikat tangan korban dan membawanya menuju ke rumah calon korban lainnya.

Jika semua sasaran sudah ditangkap, kelompok ronda membawa para korban menuju tempat pembunuhan.

Biasanya, menurut Hermawan, para algojo membawa korban ke tepi sungai Brantas, Kediri dan beberapa desa terpencil di Jombang serta Kediri.