Edisi.co.id - Bulan September tahun 1965 menjadi catatan sejarah kelam bangsa Indonesia.
Tepat, pada tanggal 30 September 1965 enam Jenderal dan satu Pewira TNI AD tewas karena gesekan politik antara PKI (Partai Komunis Indonesia) dan TNI AD saat itu.
Peristiwa itu menyisakan banyak istilah untuk menggambarkan kekelaman.
Setidaknya, ada tiga istilah untuk menggambarkan peristiwa kelam pada malam 30 September tersebut.
Istilah itu di antaranya, Gestok (Gerakan Satu Oktober), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), dan G30S/PKI (Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia).
Baca Juga: Deklarasi Anies Baswedan sebagai Calon Presiden 2024
Ketiga istilah tersebut memiliki makna dan muatan politiknya masing-masing.
Tak banyak masyarakat yang tahu makna dan cerita politik dari masing-masing istilah tersebut.
Berikut edisi.co.id rangkum makna dan cerita politik dari masing-masing istilah tersebut:
1. Gestapu
Menurut Hermawan Sulistyo (dalam bukunya: Palu Arit di Ladang Tebu), istilah ini pertama kali disebut pada 29 September 1965 dalam suatu pertemuan kelompok yang merancang dan melakukan penculikan kepada tujuh Jenderal TNI AD.
Para pemrakarsa tersebut diketahui adalah Letnan Satu (Lettu) Dul Arief (pemimpin kesatuan tentara yang menculik para Jenderal), Letkol. Untung (Komandan Batalyon I Resimen Pengawal Presiden Cakrabirawa), dan sejumlah petinggi PKI.
Mereka menamakan peristiwa tersebut 'Gerakan 30 September', kemudian disebut Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh) yang belakangan lebih populer.
Setelah kejadian, 5 Oktober 1965, John Hughes (wartawan Amerika Serikat) mencatat istilah gestapu pada liputannya saat pemakaman jenazah para jenderal.