Yang Tak Terlihat Dari Forum Religion 20 R20 Summit Bali

photo author
- Kamis, 17 November 2022 | 10:19 WIB
Drs. Muhammad Yamin. M.H. (Ketua Majelis Syuro DPP GPI, Sekretaris Dewan Kehormatan PP Persatuan Islam (PERSIS) - Foto: Henry Lukmanul Hakim
Drs. Muhammad Yamin. M.H. (Ketua Majelis Syuro DPP GPI, Sekretaris Dewan Kehormatan PP Persatuan Islam (PERSIS) - Foto: Henry Lukmanul Hakim

Kemudian kesepahaman itu dibutuhkan karena berbagai kelompok agama mengalami begitu banyak segregasi yang menguat, yang disebabkan oleh perubahan sosial di sekitar, konstelasi politik, pertumbuhan ekonomi juga menguatnya peran teknologi dan teknokrasi.

Dari komunike yang disepakati juga tampak para peserta forum tidak melihat hal-hal konkrit yang ada saat ini. Komunike tidak menyentuh hal yang paling mendasar dari fenomena konflik saat ini, yaitu penindasan yang dialami umat islam di Myanmar, India, atau upaya pembersihn etnis terhadap muslim Uighur.

Baca Juga: Cuaca Malang Hari Ini, Dilanda Hujan Lebat Disertai Petir

Komunike “hanya” berisi wacana-wacana dan pemikiran-pemikiran yang jauh mengambang di atas. Sehingga Forum R20 lebih terlihat seperti forum elit, tanpa langkah kongkrit. Misalnya, bagaimana pertanggung jawaban kasus-kasus penghancuran dan pembersihan situs-situs keagamaan Islam di Yerusalem oleh Pemerntah Israel. Tak ada satupun pembicara yang berani menyentuh wilayah itu. Tokoh Yahudi yang hadir, Direktur Beit Midrash for Judaism and Humanity, Rabbi Yaakov, juga sama sekali tak menyentuh penindasan yang diterima umat Islam Palestina.

RSS Ram Madhav, tokoh dan pemimpin Hindu India yang ikut hadir juga sama sekali tak menyentuh, atau setidaknya meminta maaf, terhadap maraknya penindasan yang dilakukan oleh kelompok Hindutsva (Hindu Ekstrim) terhdap muslim India. Bahkan, HE. Syekh Dr. Shawki Ibrahim Abdel-Karim Alam, Grand Mufti Mesir, hanya mendesak peserta R20 untuk membantu mereformasi wacana keagamaan “yang telah tercemar oleh ekstremis”, yaang tentunya lebih mengarah ke kelompok “muslim ekstrim.”

Sebaliknya, ketika gilirannya untuk berbicara, Yang Mulia, Uskup Agung Henry Ndukuba, Primata Gereja Anglikan Nigeria dengan 25 juta jamaah reguler mengemukakan serangan oleh ekstremis Islam dari Boko Haram, ISIL, Al Qaeda dan militan radikal dari Penggembala Fulani.

Baca Juga: Raffi Ahmad Borong Dua Piala dari Ajang Penghargaan SCTV Awards 2022

Dengan kata lain, forum R20 dengan komunikenya, lebih terlihat untuk membangun kesepahaman dalam rangka perdamaian dan harominasi kedepan, unutk masa depan umat manusia. Terutama ditujukan pada klompok-kelompok Islam yang dianggap ekstrim. Dan memaksa kita semua, terutama umat Islam untuk melupakan penindasan, penjarahan, pembersihan etnis dan penghilangan situs keagamaan Islam, tanpa harus ada tuntutan untuk pemulihan dan penyelesaian yang memadai. Inilah ironi dari Religion 20 Summit yang tidak terlihat.

Bgaimanapun kita semua harus memandang secara positif, bahwa forum R20 ini hanya sebuah langkah awal. Harapan pasti ada, Diplomasi soft power yang sedang dibangun diharapkan dapat membantu korban-korban penindasan atau bahkan islamophobia yang marak di Eropa. Forum seperti ini diharapkan jadi solusi, bukan malah menjadi ajang untuk kemudian memaksa umat Islam melupakan situs-situs penting keagamaan nya, bahkan nilai-nilai ajarannya.

Wallahu’alam Bishawab

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Henry Lukmanul Hakim

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Takut Air Meluap Lagi, Outlet Situ 7 Muara Dibersihkan

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:30 WIB
X