khazanah

Jelang Nuzulul Qur'an, Ini Dia Sikap Tiga Kelompok Manusia Terhadap Al-Qur'an Sejak Dulu Hingga Sekarang

Rabu, 27 Maret 2024 | 16:46 WIB
Ilustrasi malam Nuzulul Qur'an (freepik.com)

Edisi.co.id-Bulan Ramadhan sudah memasuki hari ke enam belas, dimana satu hari setelahnya yaitu 17 Ramadhan ada moment peringatan Nuzulul Qur'an atau diturunkannya Al-Qur'am bagi umat Islam. Namun siapa sangka dahulu kala saat Al-Qur'an diturunkan ada beberapa kelompok yang mempunyai sikap yang berbeda hingga saat ini.

Allah SWT membeberkan bahwa saat al Quran diturunkan, umat manusia terpecah menjadi tiga kelompok dalam meresponsnya. Hal itu terukir secara permanen dalam makna ayat, “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.” (QS. Fathir/35: 32).

Berdasar ayat ini, kelompok pertama merespons turunnya al Quran dengan cara menganiaya diri sendiri (zalim linafsih).

Baca Juga: Berpuasa Adalah Berbekal

Frasa ini, menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya, adalah orang yang lalai terhadap sebagian dari perintah yang diwajibkan dan malah mengerjakan sebagian dari larangan yang diharamkan.

Misalnya, al Qur'an memerintahkan menyembah Allah, dia malah menyembah berhala. Ketika al Quran menitahkan membayar zakat, dia malah mangkir dan mengemplangnya. Namun ketika al Quran menyuruh berbuat yang makruf, sebaliknya dia malah melakukan yang munkar.

Kelompok kedua merespons secara setengah-setengah atau pertengahan, yakni bimbang ihwal kebenaran al Quran. Termasuk dalam hal ini, tulis pengarang kitab Tafsir Jalalain, separuh-separuh mengamalkannya.

Padahal Allah menandaskan, “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Qur an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu.” (QS. al-Baqarah/2: 23).

Karakter lain dari kelompok kedua ini, menurut Ibnu Katsir, adalah orang yang menunaikan perintah yang diwajibkan kepada dirinya dan meninggalkan larangan yang diharamkan, namun di lain waktu dia tidak mengerjakan sebagian dari perbuatan yang disunatkan dan mengerjakan sebagian dari perbuatan yang dimakruhkan (dibenci).

Secara kontekstual, ini adalah kondisi psikologis orang-orang munafik (hipokrit). Secara historis sikap ini yang paling ditakutkan menimpa umat Nabi, terutama ketika ada sekelompok orang yang mengaku beriman dan ikut Perang Badar, namun ketika musuh datang mereka pulang.

Kelompok ketiga merespons dengan bersegera berbuat kebaikan (sabiq bil-khairat). Sikap kelompok ini linier dengan perintah Allah, “Maka berlomba-lombalah (dalam berbuat) kebaikan.” (QS. al-Baqarah/2: 148). Frasa “berlomba-lomba (dalam berbuat) kebaikan”, bagi pengarang kitab Tafsir Jalalain, artinya segera menaati dan menerimanya.

Tiga kelompok orang dalam merespons turunnya al Quran di atas, yang disebut terakhir adalah yang terbaik. Semoga kita termasuk ke dalam kelompok itu.***

 

Penulis: Dr KH Syamsul Yakin MA., Pendiri Lembaga Dakwah Darul Akhyar (LDDA) Kota Depok.

Tags

Terkini

Pahala Sholat Idul Adha

Minggu, 16 Juni 2024 | 19:42 WIB

Ngerahul 6

Senin, 6 Mei 2024 | 11:36 WIB

Ngerahul 1 : Mancing Bakot

Sabtu, 27 April 2024 | 19:25 WIB

Hari Ketiga Lebaran, Apakah Kita Masih Fitri?

Jumat, 12 April 2024 | 05:50 WIB

Berpuasa Adalah Berbekal

Senin, 25 Maret 2024 | 13:07 WIB

Kesombongan, Dosa Pertama Makhluk Tuhan

Jumat, 16 Juni 2023 | 08:39 WIB

Menakjubkan Muslim yang Tenang Hadapi Ujian

Rabu, 7 Juni 2023 | 15:00 WIB

Melihatlah Ke Bawah

Selasa, 23 Mei 2023 | 23:39 WIB

Benarkah Dunia Bagi Mukmin Ibarat Penjara ?

Jumat, 12 Mei 2023 | 21:55 WIB

Kok Sabar Melulu Sih?

Jumat, 12 Mei 2023 | 21:43 WIB