Ketika Abu Thalib meninggal dunia, Rasulullah merasakan kesedihan yang mendalam, dan memohonkan ampunan kepada Allah untuk paman yang dicintainya itu.
Baca Juga: Kemenkes : Vaksin Berbayar Masih Ditinjau dan Bersifat Optional
Lalu Allah merespons doa Rasulullah Saw dengan menurunkan wahyu. Allah SWT berfirman:
“Tidaklah patut bagi Nabi dan orang-orang beriman memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrik walau mereka kerabat dekat sesudah nyata bagi mereka. Bahwa mereka menjadi penghuni api neraka.” (QS At-Taubah: 113).
Ayat lain, Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al-Qashash : 56)
Ayat ini turun saat kematian Abu Thalib dalam keadaan ia musyrik kepada Allah.
Terdapat banyak hadits yang meriwayatkan tentang bagaimana wafatnya Abu Thalib. Salah satu diantaranya :
Hadits yang diriwayatkan dalam shahih Bukhari, dari Ibnu al-Musayyab, bahwa bapaknya berkata: “Ketika Abu Thalib akan meninggal dunia, maka datanglah Rasulullah, dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada disisinya, lalu Rasulullah bersabda kepadanya: “Wahai pamanku, ucapkanlah “La ilaha illallah” kalimat yang dapat aku jadikan hujjah untuk membelamu dihadapan Allah”.
Baca Juga: Park Eun Bin Dikonfirmasi Akan Tampil dalam Drama 'Dive Of The Deserted Islan'
Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Thalib: “Apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?”
Kemudian Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi kata-katanya pula.
Maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Thalib adalah: bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Muthalib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat: “La ilaha illallah“.
Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh akan aku mintakan ampun untukmu kepada Allah, selama aku tidak dilarang”, lalu Allah menurunkan firman-Nya: “Tidak layak bagi seorang Nabi serta orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik.” (QS. Al Bara’ah: 113).
Dari Abbas bin Abdul Mutthalib dia berkata: "Wahai Rasulullah, apakah anda dapat memberi manfaat kepada Abu Thalib, karena dia telah mengasuhmu dan terkadang marah (untuk memberikan pembelaan) kepadamu."
Beliau menjawab: "Ya, ia berada di bagian neraka yang dangkal, dan kalaulah bukan karena diriku, niscaya berada di dasar neraka." (HR Bukhari dan Muslim).