Jangan lupakan juga duet maut wing back produktif, Grimaldo dan Frimpong. Mereka juga harus dimatikan oleh wing back Atalanta seperti Rugerri dan Zappacosta. Total 26 gol dari dua wing back Leverkusen tersebut jadi bukti bahwa mereka bisa mengubah jalannya laga kalau dibiarkan leluasa.
Selain beberapa kelebihan, Die Werkself sebenarnya juga punya kelemahan. Belakangan ini pasukan Xabi Alonso acap kali ketinggalan lebih dulu, dan mereka membutuhkan waktu lama, bahkan di menit-menit akhir untuk mengejar ketinggalan gol. Kelemahan ini mestinya bisa dimanfaatkan oleh Atalanta. Mencuri gol lebih dulu akan sangat menguntungkan La Dea.
Meski ada kemungkinan Leverkusen mengejar ketinggalan, tapi setidaknya mentalitas Scamacca dan kolega bisa tergugah. Sementara bagi Leverkusen, ketinggalan lebih dulu di pertandingan final bisa merusak mental mereka. Meski mereka punya “Xabi Time” atau bisa mencetak gol di menit-menit akhir, tapi Atalanta adalah tim yang tangguh.
Sejauh ini pasukan Gasperini bahkan tak pernah kebobolan di menit 80 ke atas di fase gugur Liga Eropa. Sementara “Xabi Time” baru mulai bekerja di menit 87 ke atas. Itu artinya strategi Gasperini bisa menjadi penawar “Xabi Time”. Selain itu, harap diingat, Bayer Leverkusen sudah lama tak mencapai final di kompetisi Eropa apa pun.***
Artikel Terkait
Polda Metro Jaya Berhasil Ungkap Home Industry Narkoba Jenis Tablet Pil PCC
Kenapa Klub Seri-A Como 1907 Tidak Tertarik Rekrut Tom Haye ? ini Alasannya
Mengulik Makna Timbangan dan Adil dalam Surah Al Rahman Ayat Sembilan
WWF ke -10 Perkenalkan Subak Sebagai Pengelolaan Air Berbasis Kearifan Lokal
Perangi Media Abal-abal, PJ Gubernur Sumsel Bahas Pentingnya Pembinaan Wartawan dan Lawan Berita Hoax
Punya Skema Permainan Sama, Sanggupkah Tim Liga Italia Atalanta Patahkan Rekor Tim Liga Jerman Leverkusen di Final Liga Eropa 2024?