Baca Juga: Sabella Letiza, Siswi SMP Muhammadiyah Kottabarat Raih Perunggu di Kejuaran Kempo Tingkat Nasional
Maka menjawab kebutuhan sosio-organisasi ini salah satu kandidat yang masuk kualifikasi adalah Profesor Atip Latiful Hayat.
Ada beberapa alasan mengapa Prof. Atip Latipul Hayat itu menjadi kandidat yang sangat kuat untuk menjadi lokomotif perubahan organisasi dan pimpinan Persis di masa mendatang.
Pertama, Profesor Atip dikenal merupakan organisatoris yang akademisi yang handal. Kapasitas ini tentu sangat cukup untuk mengelola organisasi Persatuan Islam (PERSIS) yang semakin besar jumlah intelektual-akademisinya. Di mana kita mengetahui bahwa sejumlah kader Persatuan Islam (PERSIS) sekarang banyak berkiprah tidak hanya di ranah jam’iyyah, tetapi juga ruang publik lain seperti kampus, lembaga pendidikan formal, birokrasi dan sebagainya. Sumber daya besar ini tentu perlu digerakkan oleh orang yang benar-benar memahami kulturnya.
Baca Juga: Subsidi BBM Mengangkat Konsumsi Masyarakat Kelas Bawah
Kedua, selain dikenal sebagai akademisi yang sempat mengenyam pendidikan dari Barat, Profesor Atip juga kuat dengan tradisi tradisional. Jadi meski beliau dikenal dengan kepakarannya di bidang hukum. Tapi juga dikenal memiliki pengetahuan yang luas di bidang keagamaan. Bahkan beliau tetap aktif berceramah dari mimbar ke mimbar walau itu di tingkat Pimpinan Cabang (PC). Tentu kemampuan ini sangat cocok untuk membawa organisasi Persatuan Islam (PERSIS) menuju milenium kedua ini.
Ketiga, namun di era “metaverse” ini, maka relasi global demikian penting. Relasi global berfungsi untuk memosisikan organisasi dalam percaturan dan dinimika dunia. Jadi, meski lokus Persatuan Islam (PERSIS) , misalnya, tetap di Indonesia, namun setiap nafas gerakannya terkoneksi secara baik dan mengamplifikasi dunia. Hal ini tentu hanya bisa dilakukan oleh sosok yang memahami kultur global dan pernah mengalami dalam kondisi ini.
Dengan ketiga modal ini, Profesor Atip sejatinya bisa melakukan re-modernisasi Persis. Di mana dengan meletakkan organisasi pada kultur yang re-modern ini, maka Persis bukan hanya bisa mengelola tantangan lokal, tetapi juga mendayung dengan apik dan cantik pada denyut dan dinamika global.
Artikel Terkait
Soal Kenaikan BBM, Waketum PERSIS: Sangat Prihatin, Berdampak Pada Kenaikan Harga Bahan Pokok
Muktamar XVI: Mencari Figur Ketua Umum PERSIS
Prihatin Kejadian Pesantren Gontor, Waketum PERSIS: Imbau Orang Tua Jangan Takut Masukan Anaknya ke Pesantren
Prof. Dadan Wildan: PERSIS Harus Jadi Pencerah