Oleh : Khairulloh Ahyari*
Tidak bisa hadir di acara Resepsi Satu Abad NU di Stadion Delta Sidoarjo, saya tidak berdiam diri. Ya. Saya harus tetap mengkhidmati acara peringatan satu abad NU.
Maka, saya ziarah ke makam KH Idham Chalid. Lokasinya di daerah Puncak, Cisarua, Bogor. Makam beliau menjadi satu komplek dengan lembaga pendidikan dan pesantren Darul Quran.
KH. Idham menjadi ketua umum paling lama dalam sejarah kepengurusan PBNU.
Bahkan beliau adalah ketua paling muda saat menjabat ketua umum PBNU.
Ya, beliau baru berusia 34 tahun saat menjabat ketua PBNU tahun 1956.
Baca Juga: MUI Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Road to Sukabumi Gelar Raker 2023 dan Refreshing
Bagi saya, beliau adalah tokoh ulama-politisi-negarawan terbaik yang pernah dimiliki oleh Republik ini.
Beliau 28 tahun menjadi Ketum PBNU (1956-1984). Wakil Perdana Menteri RI. Ketua MPR. Ketua DPR. Menteri era Presiden Soekarno. Menteri era Presiden Soeharto.
KH. Idham Chalid lahir pada tanggal 27 Agustus 1922 di Setui, Kecamatan Kotabaru, Kalimantan Selatan, adalah anak sulung dari lima bersaudara.
Ayahnya H. Muhammad Chalid, penghulu asal Amuntai, Hulu Sungai Tengah, sekitar 200 km dari Banjarmasin. Beliau wafat di Jakarta 11 Juli 2010.
Pendidikan KH Idham berawal di Sekolah Rakyat (SR). Lalu melanjutkan pendidikannya di Madrasah Al-Rasyidiyyah.
Di madrasah ini, Idham bukan hanya belajar tentang ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga belajar ilmu pengetahuan umum, bahasa Arab, dan Inggris.
Pada 1938, Idham remaja dikirim orang tuanya untuk meneruskan pendidikannya di Pondok Modern Gontor Ponorogo.