Ia belajar dan lulus dari Gontor selama lima tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan Idham muda di atas rata-rata.
Usai belajar di Gontor, dia melanjutkan pendidikannya di Jakarta pada 1943.
Tercatat, dia sanggup menguasai enam bahasa asing yaitu Arab, Inggris, Jepang, Belanda, Perancis, dan Jerman.
Ada beberapa pelajaran dari perjalanan hidup KH. Idham Cbalid yang patut menjadi pelajaran.
Pertama, sebagai kyai dan politisi, KH.Idham Chalid adalah seorang ulama yang mampu menjalankan tugas umara dengan pendekatan ulama
Kedua, terkait kebijaksanaan KH. Idham Chalid dalam mengedepankan toleransi, kesantunan, dan persatuan sangat menonjol.
Ini diakui dan mashyur di kalangan ormas, politisi dan tokoh lintas agama saat itu sampai sekarang.
Ketiga, keteguhan KH. Idham Chalid dalam menjaga sikap di antara berbagai kepentingan.
Memimpin ormas terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, sekaligus menjalankan tugas pemerintahan, tentu banyak orang-orang yang berkepentingan . Beliau istiqomah sampai akhir.
Kempat, almarhum Idham Chalid terlahir dari keluarga biasa. Tapi dengan keteguhan, kesungguhan dan keyakinannya, beliau menjadi ulama terkemuka, pemimpin politik, dan negarawan sejati.
Beliau salah satu bintang di langit zamannya.
)* Sekretaris MUI Kota Depok & Anggota DPRD Depok
Artikel Terkait
Zainut Tauhid Sa'adi: Isu Fanatisme Kelompok di Tahun Politik Perlu Diantisipasi
Tolak Usulan Kenaikan Biaya Haji, PERSIS Jabar Minta Pemerintah dan DPR Batalkan Rencananya
Siswa SD Islam Al Iman Raih Prestasi Pada Kejuaraan Basket
Gempa Turki, Muhammadiyah Siap Memberangkatkan Relawan Kesehatan dan Kemanusiaan ke Turki
Meneguhkan Komitmen Keumatan dan Kebangsaan HMI