Kearifan Komunikasi Medsos

- Rabu, 24 Mei 2023 | 13:45 WIB
Yons Ahmad, Penulis muda berbakat dalam suatu sesi pelatihan
Yons Ahmad, Penulis muda berbakat dalam suatu sesi pelatihan

Sebuah cara pandang yang menggunakan spirit kenabian. Tak hanya berarti komunikasi yang mencontoh bagaimana tata cara nabi dalam berkomunikasi, akan tetapi lebih jauh dari itu, bagaimana menjalankan komunikasi yang selalu berusaha meneladani tujuan kenabian.

Basis teologis spirit profetik diambil dari Surat Ali-Imran ayat 110 dalam Al-Quran yang bunyi artinya “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”.

Baca Juga: Erick Tohir Serius Tingkatkan Kemampuan Timnas, Pastikan Indonesia Hadapi Argentina di FIFA Matchday Juni 2023

Kuntowijoyo menyerap ayat tersebut dengan istilah akademis sebagai humanisasi (amar ma’ruf), liberasi (nahi munkar), dan transendensi (al iman billah). Untuk melahirkan keadaban komunikasi, spirit profetik ini penting menjadi rujukan.

Pertama, humanisasi (amar ma’ruf). Terkait dengan bagaimana arus komunikasi di media sosial (medsos) semestinya melahirkan semangat memanusiakan manusia. Dalam istilah bahasa Jawa “Nguwongke”.

Dalam arti, di tahun politik kali ini, tak hanya menjadikan rakyat (publik) sebagai obyek yang melulu dimobilisasi untuk mendukung kandidat calon tertentu. Tapi, menjadikan mereka sebagai manusia dengan kesadaran politik untuk bisa berpartisipasi aktif.

Bisa bersuara dengan bebas. Pemilu menjadi ruang bagi publik menyuarakan beragam kegelisahannya.

Justru kandidat (calon) harus lebih banyak mendengar suara rakyat, bukan justru terus menerus menjejali beragam politik pencitraan nir gagasan bahkan lebih banyak menjadi sampah digital dengan maraknya foto kandidat terpampang besar-besaran dalam setiap materi kampanye.

Kedua, liberasi (nahi munkar). Arus komunikasi media sosial (medsos) sudah semestinya tidak lagi toleran terhadap kabar bohong (hoaks), adu domba, diskriminasi, politik SARA, kampanye hitam (black compaign), mis informasi, dis informasi serta ujaran kebencian.

Arus komunikasi di media sosial (medsos) mestinya menghidarkan itu semua, baik dilakukan oleh kandidat, para influencer (pemengaruh), buzzer (pendengung) bahkan publik (rakyat) sendiri.

Baca Juga: Syok Mendengar Kabar Eeng Saptahadi Meninggal, Inilah Kronologinya: Saya Sebenarnya Agak syok Sih

Banyak yang berpandangan bahwa semuanya itu sulit terwujud. Tetapi, sulit itu kategori bisa. Artinya, dengan usaha maksimal, beragam performa negatif tersebut bisa ditekan sekecil mungkin.

Ketiga, transendensi (berketuhanan). Layaknya Pancasila, hanya bisa maksimal dijalankan sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Hukum positif seperti UU ITE barangkali tidak cukup menakutkan bagi pelanggar hukum di media sosial (medsos).

Satu-satunya jalan terakhir menjadikan orang berindak arif dalan berkomunikasi adalah kembali pada hati nurani dan ajaran agama masing-masing.

Ucapan dan tindakan dikembalikan kepada pengamalan ajaran masing-masing. Itulah spirit transendensi sebagai pengawal gerak beragam komunikasi etis di media sosial (medsos).

Halaman:

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kearifan Komunikasi Medsos

Rabu, 24 Mei 2023 | 13:45 WIB

Kemenkes, Kabupaten Garut Menerapkan KLB Difteri

Rabu, 22 Februari 2023 | 10:05 WIB
X