Din menyatakan, pengingkaran terhadap rahmat Allah sekarang ada perwujudan modernnya. “Waktu itu beredar dan berputar, history repeat itself, sejarah mengulang dirinya sendiri,” ucapnya.
Baca Juga: Atip dan Arah Re Modernisasi PERSIS
Dia mencontohkan, yang kafir akidah seperti kaum Nabi Nuh banyak, yang kafir dalam dimensi ekonomis seperti kaum Tsamud ada. “Yang melakukan eksploitasi atas manusia lain,” terangnya.
Selain itu, dia mencontohkan banyak juga yang melakukan kekafiran pembangkangan (dimensi sosial) seperti kaum Ad.
Maka, musibah berupa bala, perlu berbentuk tadzkirah (peringatan). Jika kita tidak bisa menyikapinya bersama-sama atau saling menyalahkan, lanjutnya, muncul konflik silang sengketa, perselisihan dan fitnah.
“Fitnah itu musibah, tapi berdimensi konflik. Tidak hanya menimpa orang-orang zalim saja, tapi menimpa orang-orang beriman karena tidak mampu menyelesaikan masalah," jelas Din.
Artikel Terkait
Din Syamsuddin : Desakan untuk Bubarkan MUI Berasal dari Islamphobia
Din Syamsuddin di Kuala Lumpur: Perlu Integrasi dan Sinergi Peradaban
Din Syamsuddin: Sekitar 100 Tokoh Ulama Dunia Akan Hadir di Muktamar 48 Muhammadiyah
Din Syamsuddin : Muhammadiyah Perlu Menjadi Lokomotif Perbaikan Kehidupan Bangsa
Mediacracy Calon Ketua Umum PERSIS