Edisi.co.id- Urgensi puasa dalam tazkiyatun-nafs (penyucian hati/jiwa) menduduki derajat ketiga (setelah shalat dan zakat).
Karena diantara syahwat besar yang bisa membuat manusia menyimpang adalah syahwat perut dan kemaluan.
Sedangkan puasa merupakan pembiasaan terhadap jiwa untuk mengendalikan kedua syahwat tersebut.
Oleh sebab itu, puasa merupakan faktor penting dalam tazkiyatun-nafs. Jika kesabaran termasuk kedudukan jiwa yang tertinggi, maka puasa merupakan pembiasaan jiwa untuk bersabar.
Oleh sebab itu disebutkan dalam sebuah hadits: ”Puasa adalah separuh kesabaran”. (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah, hadits hasan).
Allah telah menjadikan puasa sebagai sarana untuk mencapai derajat taqwa, firman-Nya: ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. 2/183).
Taqwa adalah tuntutan Allah kepada para hamba. Taqwa sama dengan tazkiyatun nafs. Firman Allah: ”Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (QS. 91/7-10).***
(Penulis : Shaifurrokhman Mahfudz)
Artikel Terkait
Hikmah Puasa ke 1, Beribadah tapi bernilai Sia-Sia
Sinopsis Sinetron Preman Pensiun 8 Episode 2, Tayang Jumat 24 Maret 2023
Sinopsis Sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 16, Tayang saat Santap Sahur Bulan Ramadhan
Kemenag Cairkan Rp381 Miliar BOP untuk 28 Ribu Lebih Raudlatul Athfal
Mengenal Fiqh Shaum : Pengertian Shaum dan Jenis Shaum dalam Islam