Ini kejadian di bulan ramadan, sekitar enam belas tahun yang lalu. Tentang tukang bangunan di dekat rumah. Ya, kami baru tinggal di sebuah kavling yang bertumbuh menjadi komplek perumahan. Selalu ada beberapa rumah baru yang dibangun. Sampai sekarang.
Kala itu di siang hari. Bada zuhr pertengahan ramadan. Panas menyengat. Terik membakar kulit. Debu berhembus menembus rumput dan daun kering. Saya melintas beberapa rumah yang sedang dibangun. Sekelompok tukang sedang bekerja. Ada yang di atap. Ada yang merapihkan tembok. Ada yang membuat adukan.
Dalam hati, saya memaklumi, seandainya sekelompok tukang ini tidak berpuasa. Tentu sangat berat berpuasa dalam terik teramat sangat. Dengan jenis pekerjaan fisik yang menurut saya juga berat.
Baca Juga: Ketupat Makanan Khas Di Indonesia saat Lebaran, berikut Makna ketupat Lebaran dan cara membuatnya
Waktu sahur tiba. Hanya ada nasi tanpa lauknya. Isteri saya sedang hamil juga. Maka, kami sepakat bahwa saya cari lauk untuk sahur.
Saya beli lauk di warteg Bahari. Agak ramai ternyata. Dan, saya juga bertemu dg kelompok tukang yang tadi siang di dekat rumah saya. Mereka sedang makan. Saya sapa sekedarnya. Tanpa sengaja, saya melihat isi piring mereka. Nasi, kuah sayur dan tempe saja.
Dua hari berselang. Saya ada kesempatan menemui mereka. Sebut saja Pak Takim namanya. Dia dituakan di kelompok tukang dari Kuningan ini. Lainnya ada anak, keponakan dan kerabat beliau. Jumlahnya enam orang.
Info dari Pak Takim, mereka semua berpuasa, sejak awal ramadan. Walau bekerja keras dan terik. Bahkan mereka lebih senang, karena dengan berpuasa kurangi pengeluaran untuk rokok dan kopi. Ketika saya tanya tentang sahur, mereka juga sampaikan, sahur dengan lauk sekedarnya. Lebih sering hanya dengan nasi, kuah sop, dan tempe atau tahu saja. Pelayan warteg Bahari sudah tahu dan memaklumi.
Alasan pak Takim, semua berhemat agar bisa bawa uang ke kampung lebih banyak. Lima hari sebelum lebaran, mereka pulang ke kampung halaman.
Dalam kerja keras Pak Takim dan kawan-kawan tetap berpuasa. Dalam terik menyengat, mereka tetap berpuasa. Dalam keterbatasan, mereka tetap berhemat, agar bawa uang untuk keluarga di kampung halaman.
Mereka berpuasa dengan sungguh-sungguh,Berpuasa sesungguhnya. Semoga Allah merahmati mereka, dan kita semua.***
Penulis : Khairullah Akhyari (Sekretaris MUI Kota Depok)
Artikel Terkait
Anak-anak Berpuasa Setengah Hari, Emang Boleh?
Agar Ramadhan sang Buah hati lebih berkualitas, ini Beberapa Ide Kegiatan Ramadhan yang Cocok Untuk Anak
Puasa dibulan Ramadhan Lemas? Ini Tips Agar Tidak Lemas Saat Berpuasa
Tidak Sanggup Ibadah yang berat ? berikut 5 Amalan Ringan Bulan Ramadhan yang Berpahala Sangat Besar
Dai-Daiyah Muda NU Trenggalek Antusias Ikuti Literasi Digital LD PBNU