Penulis: Mahasiswa KKN-T IPB 2025
Edisi.co.id - Di tengah derasnya perhatian pada balita, ibu hamil, dan lansia, kelompok remaja justru kerap menjadi bagian yang luput dalam agenda pembangunan desa. Padahal, remaja adalah kelompok usia yang paling rentan: menghadapi perubahan fisik dan psikis, tekanan sosial, risiko kesehatan reproduktif, hingga bahaya pernikahan dini dan ketidakstabilan ekonomi.
Sayangnya, hingga kini belum banyak program desa yang benar-benar menyasar kebutuhan spesifik remaja. Tidak ada pos anggaran khusus, tidak ada perhatian reguler, dan hanya sedikit ruang aman yang dapat mereka akses secara berkala. Di tengah kondisi ini, keberadaan Posyandu Remaja Barengkok di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menjadi pengecualian yang patut disorot.
Posyandu Remaja Barengkok merupakan salah satu dari sangat sedikit posyandu remaja yang masih aktif dan berjalan rutin tiap bulan di wilayah Jawa Barat. Posyandu ini bukan hanya hidup, tapi juga berdampak. Ia menjadi tempat bertemunya remaja dengan edukasi, kesehatan, dan penguatan diri secara menyeluruh—sesuatu yang sering kali absen dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam salah satu sesi yang didampingi oleh mahasiswa KKN-T IPB 2025, kegiatan dimulai dengan senam bersama dan pemeriksaan kesehatan dasar seperti tensi darah, kadar gula, serta pengukuran tinggi dan berat badan. Setelahnya, remaja mendapatkan materi tentang pengelolaan keuangan, wirausaha sederhana, serta bahaya pinjaman ilegal.
Baca Juga: Dewan Dakwah Lepas 225 Da’i Muda Terbaik ke Pelosok Negeri dari Gedung MPR RI
Bidan wilayah pun turut hadir untuk menyampaikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi dan risiko pernikahan dini. Sebagai penutup, kegiatan diakhiri dengan diskusi ringan seputar gizi sambil menikmati liwetan bersama—sebuah pendekatan akrab yang memperkuat kedekatan antara fasilitator dan peserta.
Konsistensi posyandu ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, dan menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari akar rumput. Inisiatif lokal seperti ini menjawab kekosongan peran struktural negara dalam merespons kebutuhan remaja.
Melalui keterlibatan langsung dalam kegiatan ini, mahasiswa KKN-T IPB berupaya ikut menguatkan gerakan dari bawah. Harapannya, praktik baik ini dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain, dan mendorong lebih banyak kebijakan publik yang berpihak kepada remaja. Karena jika desa adalah fondasi bangsa, maka remaja adalah penopangnya yang paling rentan—dan karenanya, paling layak diprioritaskan.
Artikel Terkait
KKN di Desa Penari Luwih Dowo Luwih Medeni
VIRAL! Mahasiswa UGM Diduga Mesum di Lokasi KKN, Kampus Terjun Usut
Viral Mahasiswa KKN Nikahi Gadis Cilik yang Berfoto Bersamanya 11 Tahun Kemudian
Pulang Kampung, Mahfud MD ajak Warga Madura Pilih Pemimpin yang Bebas KKN
Usung Konsep KKN, Siswa SMP PCI Ikuti Kegiatan Sekolah Alam Selama Empat Hari di Pengelengan, Intip Kegiatannya
KKN di Purwakarta, Mahasiswa STAIPI Jakarta Siap Berbagi Pengalaman dan Ilmu