Mengenal sosok penulis Buku Detektif Terbaik, Sir Arthur Conan Doyle sosok Detektif yang Tak Lekang oleh Waktu

photo author
- Kamis, 4 September 2025 | 11:18 WIB
Sir Arthur Conan Doyle, penulis buku detektif terbaik sepanjang masa berjudul “Sherlock Holmes”. (X.com/BoylanRoger)
Sir Arthur Conan Doyle, penulis buku detektif terbaik sepanjang masa berjudul “Sherlock Holmes”. (X.com/BoylanRoger)

Edisi.co.id - Penulis buku terkemuka di dunia, Sir Arthur Conan Doyle selalu identik dengan sosok detektif cerdas nan jenius bernama Sherlock Holmes.

Karakter yang ia ciptakan lebih dari satu abad yang lalu itu masih hidup di hati para pembacanya hingga hari ini.

Selain Sherlock Holmes, Doyle menulis beragam karya, mulai dari novel fiksi, non-fiksi, hingga kumpulan puisi. Beberapa karyanya yang terkenal di luar Holmes antara lain The Mystery of Cloomber (1889), The Stark Munro Letters (1895), dan The Great Boer War (1900).

Baca Juga: Kisah Hidup Goh Cheng Liang, Pemilik Nippon Paint yang Kini Telah Wafat di Usia 98 Tahun

Karya-karyanya menunjukkan, Doyle adalah sosok yang serba bisa. Ia mampu meramu kisah misteri yang membuat pembaca berpikir keras, sekaligus menulis narasi sejarah yang penuh nuansa.

Melalui goresan tinta, Doyle juga meninggalkan jejak pemikiran melalui kata-kata bijaknya. Salah satunya yang paling terkenal berbunyi:

"When you have eliminated all which is impossible, then whatever remains, however improbable, must be the truth. (Ketika Anda telah menghilangkan semua hal yang tidak mungkin, maka apa pun yang tersisa, betapapun tidak mungkinnya, pastilah kebenaran)" demikian kutipan dari sang penulis buku Sherlock Holmes.

Sekilas tentang kisah hidupnya, Doyle lahir dengan nama lengkap Sir Arthur Ignatius Conan Doyle pada 22 Mei 1859 di Edinburgh, Skotlandia.

Kehidupannya berakhir pada 7 Juli 1930 di Crowborough, Sussex, Inggris. Meski telah tiada, warisannya di dunia sastra tetap abadi.

Dari kecil, Doyle sudah akrab dengan seni dan sastra, meskipun ia awalnya menempuh jalur pendidikan yang jauh dari dunia menulis.

Pendidikan formalnya dimulai di sekolah Jesuit di Lancashire, Inggris, selama 7 tahun pada 1868 silam. Doyle sempat menghabiskan satu tahun tambahan belajar di Feldkirch, Austria, sebelum kembali ke Edinburgh untuk melanjutkan pendidikannya.

Pengabdian Doyle tidak hanya di bidang sastra. Pada 1902, ia dianugerahi gelar bangsawan “Sir” berkat jasanya di bidang kemanusiaan, termasuk kontribusinya di rumah sakit Bloemfontein, Afrika Selatan, saat Perang Boer.

Warisan Doyle bukan hanya karakter fiksi yang mendunia, tetapi juga meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah sastra di dunia.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB

Presiden Prabowo, Duka Sumatera Duka Bangsa Indonesia

Minggu, 7 Desember 2025 | 13:33 WIB
X