artikel

Konvergensi Media Bukan Lagi Pilihan Tapi Keharusan

Minggu, 14 September 2025 | 14:49 WIB
Thundra Meliala Pemerhati Pers

Oleh: Tundra Meliala
Ketua Umum Asosiasi Media Konvergensi Indonesia (AMKI)

Edisi.co.id - GELOMBANG digitalisasi mendorong industri media di Indonesia melakukan konvergensi. Media cetak, elektronik, dan daring dituntut beradaptasi agar tetap relevan dengan perubahan pola konsumsi informasi masyarakat. Konvergensi tidak hanya terkait teknologi, tetapi juga menyentuh mekanisme kerja redaksi, kompetensi jurnalis, hingga model bisnis yang menopang keberlangsungan industri.

Penelitian yang dilakukan Litbang AMKI mencatat, fenomena konvergensi media mengubah wajah jurnalisme modern. Berita kini diproduksi dengan mempertimbangkan berbagai platform sekaligus, dari televisi, surat kabar, radio, hingga portal daring dan media sosial. Beberapa grup media menerapkan sistem super desk, yaitu integrasi ruang redaksi yang melatih jurnalis agar mampu menghasilkan karya untuk semua medium.

Konvergensi menjadi kebutuhan mendesak. Media tidak bisa hanya mengandalkan satu kanal, karena perilaku audiens sudah bergeser.

Namun, konvergensi juga menghadirkan tantangan. Jurnalis kini dituntut multitasking --mampu menulis, mengambil gambar, sekaligus menguasai teknologi digital. Beban kerja bertambah, sementara dukungan kompetensi tidak selalu memadai. Pada tataran organisasi, media dituntut untuk efisien, tetapi juga harus menjaga kualitas berita agar tidak semata-mata menjadi konten instan.

Secara teoritis, ada lima tahap konvergensi: promosi silang, cloning, kerja sama konten, integrasi lintas media, dan kolaborasi penuh. Tahap tertinggi jarang tercapai karena membutuhkan integrasi menyeluruh dari sisi produksi, distribusi, hingga kepemilikan. Walau demikian, proses ini membuka ruang baru bagi partisipasi publik. Jurnalisme warga tumbuh subur di ranah digital, memberikan kontribusi sekaligus tantangan terkait akurasi dan verifikasi informasi. Dalam sistem konvergensi, warga yang menulis berita di medsos juga harus menerapkan kaidah jurnalistik.

Transformasi digital memaksa media mencari model bisnis baru. Ketergantungan lama pada pelanggan dan pengiklan perlahan ditinggalkan. Media kini membangun ekosistem komunitas, di mana interaksi dengan pembaca menjadi bagian dari strategi bertahan hidup. Perubahan ini menuntut regulasi penyiaran yang adaptif, sebab kepemilikan media di Indonesia masih kerap bersinggungan dengan kepentingan politik dan ekonomi.

Dampak konvergensi terasa pula dalam kehidupan sosial. Gawai kini menjadi kebutuhan primer masyarakat untuk mengakses berita, hiburan, hingga pembelajaran. Pola interaksi publik bertransformasi, sementara industri media memperoleh keuntungan dari efisiensi produksi lintas platform dengan sumber daya lebih ramping.

Baca Juga: Sinergi Foundation Berkolaborasi Bersama FOZ dan Puluhan Lembaga Zakat Luncurkan 30,7 Ton Bantuan melalui Jalur Airdrop di Langit Gaza

Penelitian AMKI juga menegaskan, tantangan terbesar media di Indonesia bukan semata pada teknologi, melainkan pada kemampuan organisasi dan jurnalis untuk bertransformasi. Tanpa pembaruan cepat, media arus utama berisiko tertinggal oleh kompetitor yang lebih lincah merespons perubahan digital.

Salah satu bukti kuat dari perubahan ini terlihat dalam belanja iklan. Data terbaru menunjukkan bahwa pada 2024 total belanja iklan di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 107.291 triliun, di mana iklan digital menyumbang 44,1 persen dari jumlah tersebut. Sementara media cetak hanya memperoleh sekitar 4,3 persen.

Laporan hasil penelitian juga memperkirakan bahwa pada 2025, digital ad spend akan terus naik --mencapai 75 persen dari total belanja iklan nasional-- dengan pertumbuhan sekitar 13,8 persen.

Sebaliknya, belanja iklan cetak diprediksi menunjukkan tren negatif. Pasar iklan surat kabar untuk 2025 diperkirakan mencapai US$386,46 juta, tetapi tingkat pertumbuhan tahunannya diproyeksikan menurun sekitar −1,51 persen hingga 2030.

Begitu juga iklan majalah di Indonesia --meski tetap menghasilkan pendapatan, tingkat pertumbuhannya diperkirakan negatif (−1,61 persen) dalam beberapa tahun ke depan.

Halaman:

Tags

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB