Dampak yang lebih serius, komentar negatif dapat melemahkan motivasi hidup dan membuat seseorang mengisolasi dirinya dari dunia luar. Ia akan menjauhkan dirinya dari lingkungan sosial karena adanya rasa tidak pantas untuk tampil di ruang publik.
Isolasi diri ini seringkali diikuti dengan penggunaan gawai yang berlebihan hingga menimbulkan kecanduan digital dan gangguan tidur yang justru semakin memperburuk kondisi mentalnya.
Karena itulah, kebebasan berbahasa di media sosial perlu disertai dengan rasa tanggung jawab. Etika berbahasa menjadi hal yang tidak bisa untuk diabaikan begitu saja. Penggunaan bahasa yang santun, penghindaran kata-kata yang mengandung ujaran kebencian, pengecekan fakta dan berpikir ulang sebelum mengunggah, serta menghargai privasi orang lain, merupakan beberapa langkah sederhana dalam etika berbahasa.
Bahasa mencerminkan cara berpikir dan sikap seseorang, sehingga baik penulis komentar maupun pembacanya harus memiliki tanggung jawab moral atas kata-kata yang dilontarkan dan diterima. Oleh karena itu, berita-berita yang tersebar juga harus diterima dan diolah dengan bijak terlebih dahulu.
Pada akhirnya, masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwasannya memberikan komentar bukan hanya sekedar aktivitas mengetik. Kata-kata merupakan bentuk ekspresi emosional yang diproses secara kognitif dan psikologis oleh orang lain. Kesadaran ini penting agar media sosial tidak menjadi tempat untuk saling melukai, melainkan menjadikannya sebagai ruang komunikasi yang lebih manusiawi.
(Penulis : Radhayana, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan.)