artikel

Urgensi Chemistry Dalam Dunia Kerja dan Organisasi

Senin, 21 Agustus 2023 | 13:29 WIB
Dr. Muhammad Fahmi, ST, M.Si Penulis buku Cita-citaku Jadi Presiden

Oleh: Dr. Muhammad Fahmi, ST, MSi

(Penulis Buku Cita-Citaku Jadi Presiden)

Ternyata ada penjelasan ilmiahnya tentang frekuensi yang sama dalam membangun hubungan kerja sama. Kalimat itu penulis dapatkan  dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Depok N. Lienda Ratna Nurdianny, SH, MHum di sela-sela acara final salah satu lomba dalam rangka memperingati HUT ke 78 Kemerdekaan RI di salah satu Kawasan mal di cibubur. Kepala Bakesbangpol atau BCL (panggilan akrab penulis) langsung memperlihatkan sebuah video di mana seorang pria sedang melakukan pengujian getaran/Gerakan dengan memukul salah satu garpu tala dari dua garpu tala yang berdiri berdampingan. Ketika garpu tala dipukul yang memiliki frekuensi yang berbeda dengan garpu tala di sampingnya maka garpu tala di sampingnya tidak  bergetar. Namun ketika garpu tala yang dipukul sama frekuensinya, maka garpu tala yang disamping ikut bergetar dan benda disampingnya jadi ikut bergerak.

Pesan dalam video tersebut lanjut BCL, sungguh bermakna dalam jika ditransfer dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam dunia kerja. Istilah frekuansi yang sama  bisa diartikan dengan istilah yang popular yaitu chemistry(perasaan yang saling terhubung). “ Dalam sebuah hubungan kerja selalu di awali dari pengertian, saling memahami dan memiliki perasaan/frekunsi yang sama.  Kita hanya bisa menggerakkan orang yang satu frekuensi dan hanya yang sefrekuensi yang mampu menangkap resonansi untuk selanjutnya jadi getaran atau Gerakan,” urai BCL yang juga pernah menjabat Camat Pancoran Mas dan Kasat Pol PP Depok.

Oleh karenanya menurut BCL, chemistry memang tidak mudah untuk dikonsepsikan secara operasional, karena menyangkut keterpaduan aspek emosional, psikologis, dan fisik yang berlangsung dalam praksis secara bersamaan. “Setidaknya, chemistry hanya bisa disinonimkan dengan perkataan saling berempati, beradaptasi, bersinergi, berkolaborasi, bekerjasama, bergotong royong, kekompakan, keselarasan, berbagi, saling memahami antar orang dalam sebuah sistem untuk mencapai maksud dan tujuan Bersama,” Jelas BCL yang kini dipercaya sebagai Ketua Panitia HUT ke 78 Kemerdekaan RI tingkat Kota Depok tahun 2023.

Istilah Chemistry inilah yang menggelitik penulis. Seingat penulis chemistry itu merupakan kata atau istilah yang banyak bersinggungan dengan ilmu kimia (teringat ketika penulis masih duduk di bangku STM). Dalam perkembangannya, nampaknya istilah chemistry bukan hanya sebuah istilah ilmu kimia. Namun dalam perspektif lain  ternyata chemistry menyangkut hubungan orang per orang, bahkan dalam sekelompok orang pun yang bekerja bersama juga ternyata yang namanya chemistry tidak bisa untuk diabaikan. Dikarenakan sifatnya sangat personal dan 'penggerak utamanya' berpusat di jaringan otak (pikiran) setiap manusia itulah sehingga boleh jadi istilah kimia tersebut lantas diadopsi yang kemudian digunakan untuk menyebutnya: chemistry.

Baca Juga: Inspirasi Filosopi Pohon Kelapa Dalam Birokrasi

Menurut pakar terapi hubungan antar manusia dari Los Angeles, Gary Brown, bahwa chemistry merupakan sebuah reaksi di dalam otak manusia, dan reaksi tersebut menyebabkan ketertarikan yang intens terhadap seseorang, antara orang per orang atau antara seorang dengan beberapa orang tertentu dalam satu ikatan/kesatuan.

Dijelaskan juga, chemistry sebagai sebuah ketertarikan antara molekul-molekul kimia dengan zat lainnya di dalam otak sehingga membentuk suatu reaksi. Ketika dopamin dalam otak manusia aktif, maka saat itulah chemistry terbangun dan dapat dirasakan.

Bila diterjemahkan lebih jauh, chemistry ini merupakan suatu proses simultan yang kompleks. Di dalamnya melibatkan beberapa aspek seperti emosional, psikologis, juga fisik, sehingga untuk memadukan semua aspek tersebut tidaklah gampang, memerlukan multi talenta bagi pelakunya, tidak setiap orang mampu melakukannya.

Tentu saja, membincang persoalan chemistry, memang banyak materi yang bisa dipelajari, beragam literatur mulai ilmu sosial, budaya, ekonomi/bisnis, sosiologi, psikologi bahkan dalam ilmu komunikasi dengan segala varibel penyertanya telah banyak membahas tentang interaksi antar manusia ini. Namun seringkali dalam implementasi di lapangan tidaklah semulus seperti diformulasikan atau dikonsepsikan.

Walaupun hal ini jarang atau tidak pernah dibahas dalam penilaian atau evaluasi, jarang disentuh dalam indikator kinerja setiap aktivitas organisasi, namun aspek yang disebut chemistry kiranya dapat dipertimbangkan.

Bilamana kerja tim bisa berjalan disertai kemampuan chemistry yang dimiliki oleh personal yang terlibat di dalamnya, di sinilah ditemui suatu kelancaran dan kenyamanan (smooth) sehingga pada gilirannya akan membuahkan kepuasan (satisfaction) dalam suatu tim/kelompok kerja.

Bagi mereka yang beraktivitas dan selalu berinteraksi dengan orang lain, utamanya dalam bekerja bersama-sama, dalam sebuah team work, grup, kelompok kerja, maka chemistry bisa menjadikan salah satu '"indikator terselubung" yang ikut memperlancar (to smooth) capaian kinerja sesuai tujuan yang diharapkan. Hal ini bisa dianggap penting mengingat tim itu sendiri merupakan sebuah sistem yang terdiri beberapa personal, saling berinteraksi sesuai fungsi dan peran masing-masing, sehingga memerlukan interaksi yang sempurna dan solid guna membuahkan hasil optimal.

Halaman:

Tags

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB