Edisi.co.id - Dalam agama Islam, mengontrol diri diibaratkan dengan mujahadah an nafs. Kontrol diri sama dengan pengendalian menghadapi hawa nafsu, emosi, dan hal lain yang nantinya berakibat buruk.
"Mujahadah an nafs berasal dari kata mujahadah yang artinya bersungguh-sungguh, serta an nafs berarti diri sendiri. Artinya adalah perjuangan melawan hawa nafsu atau perbuatan tercela sesuai hukum Allah SWT," tulis BKM At-Taqwa Universitas Medan Area (UMA).
Mengontrol diri bukan hal yang mudah. Apalagi manusia memiliki ketergantungan tertarik pada hal negatif dan bujukan negatif. Hal ini tercantum dalam Al Quran surat Al-Mujadalah ayat 19,
Baca Juga: Bacaan Doa Wukuf di Padang Arafah
ٱسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ ٱلشَّيْطَٰنُ فَأَنسَىٰهُمْ ذِكْرَ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱلشَّيْطَٰنِ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
Artinya: "Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi."
Sulitnya mengontrol diri dalam agama Islam diibaratkan mujahadah an nafs juga dikisahkan Rasulullah SAW, yang baru pulang dari Perang Badar. Rasulullah SAW ternyata mengira perang Badar sebagai pertempuran kecil dibanding melawan diri sendiri.
Imam Al-Ghazali menjelaskan, kontrol diri yang baik akan menimbulkan kekuatan karakter. Artinya pembangunan karakter memerlukan pengendalian diri, disiplin, dan selalu yakin akan balasan dari Allah SWT. Seseorang yang taat beribadah, memiliki karakter kuat, dan bisa kontrol diri lebih mampu menahan diri dari kesenangan sementara.