artikel

Benarkah Suara Netizen adalah Suara Kebenaran dan Suara Kebatilan ?

Sabtu, 22 Oktober 2022 | 11:23 WIB

Edisi.co.id - Setiap terjadi peristiwa atau berita yang menjadi buah bibir di masyarakat, akan selalu ada reaksi dari para netizen atau warganet, untuk menanggapi, mengomentari, atau menyikapinya. 

Ragam bentuk menanggapi dan mengomentarinya, ada yang positif dan ada pula yang negatif. Ada yang menasihatinya, ada pula yang marah, mengejek, dan memakinya. Ada yang mendukung, ada pula yang menentangnya. 

Istilah warganet atau netizen berasal dari kata warga (citizen) dan Internet yang artinya "warga internet". Kata tersebut menyebut seseorang yang aktif terlibat dalam dunia maya atau Internet pada umumnya.

Baca Juga: Memperingati HUT Ke 77, PGRI Kecamatan Bojongsari adakan Lomba Senam dan Futsal antar Ranting

Acapkali kita mendengar kabar tak sedap tentang suatu permasalahan, yang dianggap sebuah penyimpangan. Ketika kabar itu viral dan menjadi perbincangan hangat netizen, baru kemudian menjadi perhatian para pemangku jabatan. Masalah pun diselesaikan dengan cepat dan tuntas. 

Tapi ternyata, banyak pula netizen yang mendukung penyimpangan, kesesatan, dan ketidakpantasan. Netizen pun terbelah menjadi dua kubu yang berseberangan, antara kubu kebenaran dan kubu kebatilan.

Itulah sebabnya, tak bisa dikatakan suara netizen adalah suara kebenaran. Juga tak bisa dikatakan, suara netizen sebagai suara yang patut disalahkan. Masing-masing punya cara pandangnya sendiri-sendiri.

Lalu kepada siapa suara yang bisa diterima dan dijadikan pegangan sebagai bahan pertimbangan?

Baca Juga: Kolaborasi Program P2WKSS Antara SKSG-SIL UI dengan Pemkot dan Warga Cinangka

Kalo menurut saya, ada saatnya kita menjadi pendengar, menyimak kedua pandangan yg berbeda. Tak perlu menimpali kemarahan dg amarah. Tak perlu membalas ejekan dengan celaan. Juga tak perlu memberikan reaksi yang berlebihan.

Karena ya begitulah dunia maya, diciptakan untuk memancing kegaduhan dan kemarahan. Diciptakan untuk memunculkan pro dan kontra. Diciptakan untuk menimbulkan sensasi dan kehebohan.  

Apa yang diucapkan, ditulis dan disikapi netizen tentang sesuatu adalah cermin dari tabiat dan perangai seseorang atau yang bersangkutan dalam menyikapi masalah.

Ada yang bersikap tenang, netral, bijak, masa bodo, ada pula yang grasak grusuk, kasar, temperamental, dan suka mencari keributan. 

Ketika ruang bicara tak tersalurkan dengan baik, atau ketika ruang aspirasi dan ekspresi tak terwadahi dengan benar, atau ketika tak punya sahabat karib atau keluarga terdekat untuk mendengar curahan dan jeritan hatinya, maka media sosial menjadi tumpahan dan pelampiasannya. 

Antara eksistensi, ingin diperhatikan, ingin didengarkan, membuatnya harus menjadi pusat perhatian. Agar suaranya tak bising di ruang hampa dan gelap. 

Halaman:

Tags

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB