Edisi.co.id - Dalam setiap memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, satu hal yang perlu menjadi perhatian kita, yaitu bagaimana kita meneladani akhlak beliau. Karena sesunguhnya Rasulullah diutus tidak lain adalah untuk kemuliaan akhlak manusia. “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR Al-Baihaqi dari Abu Hurairah RA).
Meneladani akhlak Rasulullah jauh lebih penting dari sekadar mencontoh tampilan fisik beliau. Karena tampilan fisik kadang sifatnya alami atau tergantung budaya setempat. Namun akhlak, adalah nilai-nilai luhur yang tercermin dari segenap kepribadian beliau.
Misalkan, pemeliharaan jenggot sifatnya sangat alami. Tidak semua orang dianugerahi jenggot yang lebat. Bahkan ada yang tidak memiliki jenggot sama sekali. Begitu pula dalam hal berpakaian, nilai utamanya menutup aurat, selebihnya seperi bentuk, model, warna dll sudah menyangkut budaya.
Tanpa kita mampu meneladani akhlak beliau, maka peringatan Maulid itu tidak memiliki relevansi apa-apa. Dengan kata lain, untuk apa kita memperingati Maulid Nabi kalau kita tak mampu meneladani akhlak beliau.
Mengingat pentingnya akhlak, sementara sifat manusia cenderung pada keburukan, karenanya Allah melengkapi dengan sejumlah infrastruktur atau sarana untuk membentengi akhlak tersebut agar tetap terkontrol. Andaikan terjadi penyimpangan, bisa segera diketahui dan dikembalikan pada proporsinya.
Infrastruktur itu berupa ibadah-ibadah formal antara lain sholat, zakat, puasa, dan haji. Karena itu, pelaksanaan ibadah formal tersebut tidak semata terlaksana syarat dan rukunnya, tetapi sejauh mana kita bisa memetik nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yang kemudian tercermin dalam kepribadian kita.
Baca Juga: KAHMI Menolak Nama Mustafa Kemal Ataturk Diabadikan sebagai Nama Jalan di Jakarta
Apakah sholat yang kita laksanakan sudah bisa menjadi pencegah perbuatan keji dan munkar? Apakah dengan melaksanakan puasa kita sudah mampu mengendalikan hawa nafsu? Apakah zakat kita sudah bisa meredam keserakahan terhadap harta? Apakah pelaksanaan ibadah haji sudah mampu menumbuhkan persaudaraan dan cinta kasih kita kepada sesama manusia dan mahluk lainnya?
Berbahagialah kita apabila jawaban dari semua pertanyaan itu positif. Itu berarti kebahagian di dunia sudah di depan mata, yang insya-Allah akan mengantarkan kita menuju kebahagian di akhirat. Suatu kebahagiaan yang selalu kita panjatkan dalam setiap doa.
Baca Juga: Usai Ikuti Piala Thomas Cup, Tim Bulutangkis Indonesia Lanjut ke Kejuaraan Denmark Open
Namun sebaliknya, apabila jawaban dari semua pertanyaan itu negatif, berarti kita perlu melakukan evaluasi. Pasti ada yang salah dalam peringatan Maulid yang rutin kita lakukan. Peringatan yang mungkin hanya sekadar tradisi, tanpa makna, tanpa berbekas pada perbaikan akhlak. ***