Secercah Kisah tentang Buya Syafii Maarif

photo author
- Jumat, 27 Mei 2022 | 17:59 WIB
Buya Syafii Maarif Allah Yarham/Muhammadiyah.or.id
Buya Syafii Maarif Allah Yarham/Muhammadiyah.or.id

 

Edisi.co.id - Kepulangan Buya Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif ke hadirat Sang Maha Pencipta, Jum'at, 27 Mei 2022, bukan hanya kehilangan bagi Keluarga Besar Muhammadiyah, tapi juga Bangsa Indonesia dan Dunia Islam. Almarhum adalah seorang sosok ulama, cendekiawan, dan pujangga yang telah banyak melahirkan pikiran bernas dan bermanfaat bagi kehidupan bangsa.

Pikiran-pikiran Almarhum reflektif, kritis dan menggelitik. Hal demikian bertolak dari batin yg resah dan gelisah terhadap realitas kehidupan umat Islam/Bangsa Indonesia yang antara idealitas dan realitas dinilainya masih senjang dan berjarak. Sebagai pengejawantahannya lahirlah kritik-kritik (tepatnya otokritik) yang keras bahkan "pedas", yang oleh sebagian dirasakan tidak nyaman didengar.

Selama bergaul bersama Buya Syafii Maarif (khususnya sebagai wakilnya di PP Muhammadiyah) saya menyaksikan Almarhum sejatinya adalah seorang unik, perenung, dan pegaul yang simpatik. Pikiran-pikiran kritis-reflektifnya lahir dari obsesi tinggi akan kemajuan umat, kemajuan bangsa. Dia sampaikan dengan ketulusan tanpa pamrih (bahkan terkesan nyaris "lugu politik"), karena baginya keyakinan akan kebenaran harus disampaikan demi kebenaran itu sendiri. Dan, baginya otokritik perlu berdaya kejut (_shock teraphy_), karena hanya dengan demikian kaum yang sedang tidur pulas akan terbangunkan.

Baca Juga: Buya Syafii Maarif Wafat, Haedar Nashir : Muhammadiyah dan Bangsa Indonesia Berduka

Sebagian pikirannya sudah terlembaga dalam wawasan keMuhammadiyahan dan menjelma dalam Gerakan Pencerahan Muhammadiyah. Sebagian yang lain (yang juga menjadi pikiran banyak tokoh Muhammadiyah) masih harus terus diperjuangkan, yakni menjadikan Muhammadiyah sebagai Gerakan Ilmu. Dalam hal ini, Muhammadiyah memang sudah melampaui Gerakan Ilmu karena praksisme yang diamalkannya juga berbasis ilmu (walau bersifat sederhana). Namun, untuk menjadi Gerakan Peradaban untuk terwujudnya peradaban utama (_high civilization_) basis keilmuan Gerakan Muhammadiyah masih perlu didalam-tinggikan dalam suatu kerangka ontologis dan epistemologis yang kuat.

Di sinilah maqam tinggi pikiran Almarhum Buya Syafii Maarif. Semoga kegelisahan itu dibawanya ke alam barzakh dan kita semua masih dapat berdialog secara ruhiyah untuk menjadikan perjuangan mewujudkan pikiran-pikiran Almarhum sebagai amanah bagi kita dan amal jariah bagi Jiwa Yang Tengah Pergi ke Haribaan Sang Robbi.

Ya Ayyatuha al-Nafs al-Muthmainnah, 

Irji'i ila Robbiki Rodhiyatan Mardhiyyah

Fa udkhuli fi 'ibady wa udkhuli jannaty.

 

M. Din Syamsuddin

(Bandara Soeta menunggu GA ke JIA).

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ilham Dharmawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB
X