Peluang Usaha Kerajinan Payung Tradisional Tasikmalaya

photo author
- Sabtu, 31 Desember 2022 | 22:24 WIB
Payung tradisional Tasikmalaya naik kelas menjadi produk seni penghias ruangan.
Payung tradisional Tasikmalaya naik kelas menjadi produk seni penghias ruangan.

 

Edisi.co.id - Siapa yang tidak kenal payung buatan Tasikmalaya, Jawa Barat? Sejak masa sebelum kemerdekaan, Tasikmalaya sudah dikenal sebagai produsen payung, jauh sebelum maraknya produk payung hasil pabrik. Namun belakangan payung buatan tangan (handmade) ini makin terdesak hingga beralih fungsi menjadi produk seni.

Kini kita masih bisa menyaksikan keindahan hasil kerajinan yang diwarisi secara turun temurun ini. Tampaknya kita patut berterima kasih kepada Asri Indriani, yang konsisten meneruskan usaha yang telah ditekuni sejak kakek-neneknya ini. Menurut warga  Kelurahan Pakemitan, Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat ini, usaha tersebut telah ada sejak tahun 1940-an.

Dia sendiri telah menekuni usaha ini sejak sekitar 10 tahun lalu, dengan modal sekitar Rp 10 juta. Selain melihat peluang pasarnya yang cukup bagus, Asri juga merasa bertanggung jawab untuk meneruskan usaha keluarga tersebut. “Untuk bisa membuat payung ini diperlukan keahlian dan juga rasa seni,” ujar Asri yang mengaku sulit mencari tenaga kerja dengan kualifikasi tersebut.

Baca Juga: Peluang Usaha Keripik Pisang dari Tangerang

Karenanya, Asri selalu terjun langsung dalam setiap tahapan produksi guna menjaga nilai seni dari setiap produknya. Sesuai namanya, payung geulis atau payung cantik, yang memang memiliki tampilan menarik dan cocok dijadikan souvenir atau penghias ruangan. Tak heran kalau hasil kerajinan ini banyak menghiasi tempat-tempat mewah, baik rumah, perkantoran, hotel, restoran atau kafe.

Dan memang Asri bersama sekitar 10 karyawannya  tidak hanya memasarkan produk ini di kota Tasikmalaya dan sekitarnya tetapi juga dikirim ke berbagai daerah di seluruh Indonesia bahkan ke luar negeri. Karena memang pemasarannya tidak hanya secara langsung di toko-toko di daerah setempat tetapi juga melalui jaringan pasar digital dan melalui pameran di berbagai kota.

Rata-rata Asri mampu meraih omset Rp 20 juta per bulan. Namun pada masa pandemi Covid-19 yang lalu mengalami kemerosotan hingga tinggal Rp 5 juta. “Sangat terdampak oleh pandemi, sehingga pendapatan menurun,” ujar Asri yang mengaku  pemasarannya mulai membaik.

Baca Juga: Warga Mulai Padati Kawasan Bundaran HI

Asri sangat berterima kasih dengan PNM Mekaar yang selama ini selalu memberikan pendampingan. Apa yang telah dia capai,  salah satunya karena dukungan PNM Mekaar.

Asri merasa senang bisa menjadi anggota kelompok dan mendapat pinjaman tanpa agunan. Dia juga bisa bersosialisasi, bertukar pikiran, dan saling memotivasi sesama anggota. Dari usaha ini dia bisa membantu suaminya dalam  mencukupi kebutuhan keluarga,  membeli kendaraan, dan membiayai pendidikan anak-anaknya. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Asri Al Jufri

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB
X