Edisi.co.id - “Papa mau pesan apa? Gado-gado atau Soto Mie? Atau Nasi Padang?” tanya istri via whatsapp sepulang ngajar di sekolah.
“Ya udah, Gado-gado aja deh. Seperti biasa ya. Cebe nya sedang aja. Kalo bisa gado-gadonya beli di samping sekolah itu. Bumbunya medok, matul. Oh ya jangan pake pare ya. Dan nggak usah pake lontong. Di rumah ada nasi,” jawab saya santai.
Begitulah sekelumit dialog saya dan istri saya, bila saatnya makan siang, selepas adzan Zuhur.
Bicara Gado-gado, makanan favorit saya sejak kecil saat masih tinggal di Jakarta, Gang Sentiong, menjadi kenangan tersendiri.
Dahulu, di kampung halaman saya, Gado-gado yang paling sedep dan medok bumbu kacangnya adalah Gado-gadonya Mpok Hindun, dahulu dagangnya di Jalan Kramat Lontar, masih kawasan Kramat Sentiong. Saking enaknya, pembeli harus rela waiting list alias antri.
Boleh dibilang, Gado-gado Mpok Hindun – asli Betawi -- adalah langganan saya setiap sarapan pagi, biasanya hanya ada di pagi hari. Pukul 07.00 lapaknya sudah buka dan pukul 08.00 dagangannya sudah ludes.
Saat itu saya pesan tiga bungkus Gado-gado, Kebetulan ibu saya seleranya pedas. Jadi cabenya harus banyak.
Baca Juga: MER-C : Hentikan Kekerasan terhadap Warga Palestina di Nablus
Sambil ngulek dengan ulekan di cobek yang lebar ukurannya, Mpok Hindun memberi tahu saya:
“Bungkusan yang pedes, pake ditandai karet merah ya. Bungkusan yang sedang pedasnya, ditandai dengan sobekan. Sedangkan yang nggak pedes, ditandai dua karet, warna merah.”
Selain Gado-gado Mpok Hindun yang medok itu, saya juga punya langganan gado-gado di tempat lain, yakni di Warungnya Ibu Wir yang lokasinya di Gang Satu Kramat Sentiong.
Dia adalah ibunya teman sekolah saya, namanya Achmad, saat duduk di bangku SD, tepatnya SDN Kramat 10 Pagi alias SD Salmin (sebutan dari nama Pak Salmin, sang penjaga sekolah).
Gado-gado Bu Wir memang tidak se-medok Gado-gado Mpok Hindun. Tapi nilai plus dari Gado-gado Bu Wir yang asli Jawa itu, adalah isi sayurannya yang seabreg-abreg. Bungkusannya paling gede. Rasanya juga tetap enak, namun agak manis, karena racikannya ala Jawa.
Satu lagi, langganan Gado-gado saya ada di samping sekolah Kristen PSKD, sejajar dengan ruko-ruko, dan lapaknya masih di Jalan Kramat Sentiong. Rasanya juga sedep dan medok. Tapi isinya sedikt. Ya lumayan lah untuk ganjel perut yang sudah lapar.
Artikel Terkait
Tips Menyimpan Bahan Makanan Agar Tetap Awet
BMH Lakukan Pendampingan Pemberian Makanan Tambahan Kepada 50 Balita di Kecamatan Cipayung Kota Depok
Penderita Jantung Harus Tahu! Ini Dia Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
7 Makanan Yang Bisa Kamu Coba Ketika Mengalami Mood Buruk
ITZY Pamer Santap Makanan Indonesia Usai Tiba di Jakarta
Nunung Srimulat Bakal Konsumsi Makanan Sehat, Tak Boleh Makanan Sembarangan
Cobalah Untuk Hindari Makanan Ini Selama Seminggu Dan Rasakan Khasiatnya