kuliner

Gado-gado, Salad Betawi yang Mendunia

Rabu, 1 Maret 2023 | 17:44 WIB
Gado-gado Betawi (detik food)

Saya lupa siapa nama pedagangnya, karena ibu dan anaknya yang perempuan selalu bergantian nguleknya. Ada shift-shiftan waktunya. Kalau pagi ibunya, siang anaknya. Biasanya, saya makan di tempat, jarang take away. Nah, ibu saya biasanya suka order Karedok di lapak ini. Rasanya nggak kalah mantul. 

Begitulah kenangan saya tentang Gado-gado di kampung halaman saya. Hingga sekarang, masih doyan makan salad ala Betawi itu. 

Jika gado-gado sedang tak dagang, biasanya makanan penggantinya, saya makan ketoprak. Jadi, menurut saya, gado-gado di setiap tempat, beda rasa dan beda racikannya.

Belakangan, belakangan gado-gado sudah disiram dengan bumbu pecel, tidak lagi diuleg, tidak seperti cara Mpok Hindun bergoyang saat menguleg. 

Ingat Gado-gado, jadi ingat Goyangnya Mpok Hindun dahulu yang aduhai, saat saya masih kecil di kampung halaman yang indah permai.

Baca Juga: Penutupan Pengajian Masyarakat Betawi Jelang Ramadhan

Asal Usul Gado-gado

Gado-gado adalah salah satu kuliner khas Betawi yang hingga saat ini masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Kuliner yang satu ini biasa diibaratkan sebagai saladnya orang Indonesia, karena terdiri dari campuran jenis-jenis sayuran yang disiram dengan bumbu kacang.  

Terdapat banyak penjual gado-gado di berbagai tempat di Jakarta, mulai dari pedagang kaki lima hingga di restoran. Tak hanya disukai oleh masyarakat Indonesia saja, gado-gado juga digemari oleh orang asing. Maka dari itu mereka menyebutnya sebagai “Indonesian Salad.”

Asal Usul Gado-gado

Mau tahu asal-usul gado-gado dan sejarahnya? Berikut ulasannya. 

Melansir dari laman Dinas Kebudayaan, nama gado-gado berasal dari kata "digado", yang berarti dalam bahasa Betawi artinya dimakan tanpa nasi. 

Karena gado-gado biasanya memang tidak disantap dengan nasi, melainkan dengan lontong sebagai pengganti nasi. 

Boleh percaya atau tidak? Konon, Gado-gado ditemukan oleh masyarakat Kampung Tugu, yang aslinya adalah keturunan orang Portugis. Pada abad ke-17 mereka dibawa oleh Belanda ke Indonesia untuk dijadikan sebagai budak.

Kemudian mereka mendirikan sebuah kampung yang diberi nama Tugu yang berasal dari kata ‘por-tugu-ese’. 

Halaman:

Tags

Terkini