Fenomena ASMR: Apa Itu dan Apa Manfaatnya?

photo author
- Senin, 16 September 2024 | 11:43 WIB
Ilustrasi ASMR. (Kredit: Pexels/Arjen Klijs)
Ilustrasi ASMR. (Kredit: Pexels/Arjen Klijs)
 
Edisi.co.id - Autonomous Sensory Meridian Response, atau ASMR, adalah sensasi kesemutan yang biasa dirasakan di kulit kepala dan menyebar ke seluruh tubuh akibat stimulus tertentu, seperti suara berbisik atau suara yang menenangkan.
 
Fenomena ini semakin populer, terutama melalui video dan podcast yang dirancang khusus untuk memicu respons ASMR, yang seringkali membantu orang merasa lebih rileks dan bahkan tidur lebih nyenyak.
Dalam beberapa tahun terakhir, ASMR telah menjadi tren besar di internet, dengan konten kreator menggunakan berbagai media.
 
Termasuk suara berbisik, ketukan ringan, hingga gerakan lambat untuk memicu sensasi ini.
Banyak penonton menggambarkan ASMR sebagai pengalaman yang menyenangkan dan menenangkan, dengan sensasi "kesemutan" di kepala.
Kemudian menyebar ke tubuh, diikuti perasaan damai dan bahagia.
 
Dilansir dari Better Sleep, ASMR diyakini memicu respons pada sistem saraf otonom, yang mengatur fungsi-fungsi tubuh seperti detak jantung dan suasana hati.
 
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ASMR dapat menyebabkan penurunan detak jantung, yang berkaitan dengan perasaan tenang dan relaksasi.
Ini menjelaskan mengapa banyak orang menggunakannya sebagai alat untuk meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi tingkat stres.
 
Selain manfaat relaksasi, ASMR juga mampu meningkatkan kesejahteraan emosional. 
Bagi beberapa orang, sensasi ini membawa perasaan aman dan nyaman, yang didapat saat mereka memperhatikan sumber pemicu ASMR, seperti suara berbisik atau gerakan yang pelan.
 
Kondisi ini membantu orang merasa lebih fokus dan damai, terutama di lingkungan yang memberikan rasa aman.
 
Artikel Britannica mengatakan bahwa penelitian sedang dilakukan untuk memahami lebih dalam bagaimana ASMR dapat digunakan dalam terapi untuk mengatasi stres, gangguan tidur, depresi, dan bahkan nyeri kronis.
 
Meskipun ASMR masih tergolong fenomena baru dan belum sepenuhnya dipahami, bukti ilmiah yang mendukung manfaatnya semakin meningkat.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ilham Dharmawan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB

Presiden Prabowo, Duka Sumatera Duka Bangsa Indonesia

Minggu, 7 Desember 2025 | 13:33 WIB
X