3. Kesederhanaan menu (Finlandia)
MBG tidak perlu berlebihan. Menu sederhana berbasis pangan lokal segar lebih aman, lebih mudah diawasi, dan lebih mendidik.
Selain itu, ada dua aspek yang sangat penting bagi Indonesia. Pertama, anggaran: program sebesar ini membutuhkan efisiensi agar dana tidak habis di ongkos distribusi atau menu yang berlebihan. Kedua, akuntabilitas publik: masyarakat harus dapat mengawasi, melaporkan, dan menilai pelaksanaan program secara transparan. Tanpa dua aspek ini, MBG hanya akan menjadi proyek musiman tanpa daya tahan.
Program MBG lahir dari niat baik, tetapi niat saja tidak cukup. Keberhasilan program di Jepang, Korea, dan Finlandia menunjukkan bahwa makan bergizi di sekolah hanya akan efektif jika dipadukan dengan standar higienitas, teknologi pengawasan, dan kesederhanaan menu.
Indonesia tidak harus menyalin mentah-mentah, tetapi bisa memetik prinsip kunci: kesegaran, transparansi, dan pendidikan gizi. Pada akhirnya, ukuran sukses bukanlah berapa juta porsi yang dibagikan, melainkan sejauh mana orang tua yakin anak-anaknya bisa makan dengan aman, sehat, dan bermartabat di sekolah. Dari situlah MBG dapat bertransformasi dari potensi krisis menjadi pilar pembangunan manusia Indonesia.
Penulis adalah Komisaris Independen PT Antam Tbk., penulis buku, aktivis Reformasi 98.
Artikel Terkait
Semarak Hari Santri 2025, dari MBG, Cek Kesehatan Gratis, hingga Aksi Satu Santri Satu Pohon
Merebak Kasus Siswa Keracunan di 6 Daerah Berbeda dalam Sepekan Terakhir, Jadi Alarm Serius soal Standar Kebersihan Sajian MBG
Kejar-kejaran Serapan Anggaran Menkeu Purbaya dengan BGN untuk MBG, Dana Nganggur Bakal Ditarik dan Dialihkan
BGN Tanggapi Isu 5.000 SPPG Fiktif: Ungkap Proses Verifikasi hingga Kebijakan Roll Back Dapur MBG
Keracunan MBG: Lagu Lama yang Sering Terulang
Pengawasan Ketat Jamin MBG Bebas Kontaminasi dan Aman Bagi Pelajar