Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

photo author
- Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB

Ketika saya melihat tindakan Putin, saya lantas teringat sosok-sosok kenegarawanan khas Indonesia masa dulu seperti Mohammad Hatta (Bung Hatta), Mohammad Natsir, dan Haji Agus Salim. Mereka adalah contoh pemimpin Indonesia yang sederhana, berintegritas, dan konsisten antara pemikiran, ucapan, dan tindakan.

Bung Hatta dikenal sebagai negarawan dan proklamator kemerdekaan, yang memegang teguh prinsip moral dan tanggung jawab.

Mohammad Natsir, di samping keterlibatannya dalam politik dan dakwah, adalah figur sederhana. Disebut oleh salah satu sejarawan asing sebagai “the last giants among Indonesia’s nationalist and revolutionary political leaders”.

Haji Agus Salim, diplomat dan tokoh pergerakan, dikenal sebagai sosok cerdas, tegas, dan sangat sederhana dalam gaya hidupnya.


Bagi saya, mereka mewakili “gentleman sejati” Indonesia. Orang yang tidak hanya bersuara lantang, tetapi juga menunjukkan kejujuran, kesederhanaan, dan tanggung jawab moral dalam setiap tindakan.

Sayangnya, seiring waktu, saya sering bertanya: kapan kita akan melihat kembali sosok-sosok seperti mereka — pemimpin yang konsisten antara pemikiran, ucapan, dan tindakan? Yang menempatkan kemanusiaan, keadilan, dan keteladanan di atas ambisi pribadi?

Asal-usul Kekaguman —Apa yang Membentuk Karakter Gentleman?

Dalam refleksi saya, rasa kagum kepada figur seperti Putin (dalam konteks belasungkawa), atau Bung Hatta, Natsir, dan Agus Salim, timbul karena mereka menunjukkan nilai-nilai universal: empati, kesederhanaan, dan tanggung jawab. Namun lebih dari itu, saya percaya bahwa sikap seperti itu sering kali juga lahir dari akar budaya, tradisi, dan lingkungan pendidikan.

Saya pernah berpikir: apakah tradisi pendidikan keagamaan atau tradisi hidup sederhana seperti yang lazim di surau atau pesantren, kampung, dan komunitas Minangkabau dapat membentuk karakter kepemimpinan yang mandiri, kuat moralnya, dan rendah hati? Apakah gaya hidup sederhana dan pengabdian terhadap masyarakat bisa memengaruhi seseorang untuk lebih mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi?

Tahun demi tahun, perubahan sosial, urbanisasi, serta godaan kemapanan bisa menggerus nilai-nilai itu. Kesederhanaan mungkin tergantikan dengan gaya hidup konsumtif. Tradisi kolektif bisa tergantikan dengan individualisme. Dan dalam situasi seperti itu, kemanusiaan sering kali terpinggirkan.

Kenapa Sosok “Pemimpin Minang Zaman Dulu” Jarang Muncul Lagi?

Saya pun bertanya: mengapa saat ini kita jarang melihat sosok dari kalangan Minangkabau atau dari tradisi budaya lain yang tampil dengan keberanian dan ketegasan seperti Natsir, Hatta, atau Agus Salim? Apakah generasi sekarang terlalu sibuk dengan urusan materi, atau terlalu dibelenggu oleh sistem politik dan birokrasi?

Saya menyadari, jawabannya mungkin sederhana tetapi juga menyedihkan. Banyak dari mereka memilih jalan hidup yang nyaman, aman, dan stabil. Fokus pada karier, bisnis, atau kehidupan urban. Kesederhanaan, pengabdian, dan idealisme seringkali tergantikan oleh pragmatisme.

Sementara itu, mereka yang masih memegang nilai-nilai lama yaitu kesederhanaan, pengabdian, solidaritas justru sering terpinggirkan. Dalam sistem yang kompleks dan kompetitif, idealisme bisa dianggap naif. Dan sayangnya, banyak yang memilih diam atau menyesuaikan diri daripada memperjuangkan nilai-nilai luhur tersebut.

Perlunya Menghidupkan Kembali Nilai-nilai Kepemimpinan & Kemanusiaan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rohmat Rospari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kemiskinan, Kesehatan, dan Tanggung Jawab Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 13:03 WIB

Hutan sebagai Korban Gaya Hidup Materialistis

Rabu, 17 Desember 2025 | 19:55 WIB

Bahasa yang Hilang di Balik Cahaya Layar Gadget

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:29 WIB

UKW dan Kerendahan Hati Seorang Wartawan

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:15 WIB

The Western Wall

Jumat, 12 Desember 2025 | 14:40 WIB

Aset Perusahaan Terbakar? Begini Aspek Perpajakannya

Jumat, 12 Desember 2025 | 13:08 WIB

Kekaguman atas Sikap Kemanusiaan — Catatan Pribadi

Rabu, 10 Desember 2025 | 11:35 WIB

Presiden Prabowo, Duka Sumatera Duka Bangsa Indonesia

Minggu, 7 Desember 2025 | 13:33 WIB
X